RIAUPOS.CO -- “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab[33]: 35)
Dalam ayat ini disebutkan salah satu orang yang akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa. Tentu seorang mukmin akan sangat mengharapkan pahala yang besar tersebut. Siapa di antara kita yang tidak menginginkan pahala yang besar? Siapa di antara kita yang tidak menginginkan ampunan dari Allah?
Kita sangat memerlukan keduanya. Ampunan dan pahala inilah yang nanti menjadi bekal paling utama di akhirat. Kalau dosa kita tidak diampuni Allah SWT, jangan harap kita masuk surga. Kalau kita tidak memiliki pahala, berarti kita tidak memiliki apa-apa untuk masuk ke dalam surga. Bukankah orang-orang musyrikin itu Allah batalkan amalan mereka?
Ramadan diyakini sebagai bulan rahmat sebagaimana dijelaskan oleh sebuah hadis, “Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR Muslim).
Hadis di atas tidak menyebut rahmat akan diberikan pada bulan Ramadan, tapi hanya menyebutkan akan dibukakan pintu-pintunya. Artinya, pada bulan tersebut, tidak semua orang akan mendapatkan rahmat Allah, tapi hanya orang yang mau dan mampu mengambilnya. Lantas, bagaimana cara menggapai rahmat Allah SWT pada bulan Ramadan?
Untuk memperoleh itu, selain melalui ibadah shaum, juga dapat dilakukan dengan cara lain. Yakni menebar rahmat (nikmat) Allah yang ada pada diri kita. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang penyayang, pasti disayangi Allah. Maka, sayangilah setiap penduduk bumi, niscaya engkau akan disayangi oleh penghuni langit (HR Abu Daud).
Berdasarkan hadis di atas, jika kita ingin mendapatkan rahmat Allah, khususnya pada bulan Ramadan, hendaklah kita menebar rahmat Allah yang ada pada kita kepada makhluk yang ada di bumi ini. Ketika kita memberi makan kepada tetangga yang lapar dan memuliakan anak-anak yatim serta membantu orang miskin, pada hakikatnya kita sedang meraih rahmat Allah.
Jadi, rahmat Allah tidak berada di langit, tapi di bumi. Rahmat Allah ada di balik pintu rumah tetangga kita yang kelaparan. Rahmat Allah ada pada anak-anak yatim dan miskin yang memerlukan biaya pendidikan. Rahmat Allah terdapat pada orang-orang yang sedang mendapat kesulitan. Oleh karena itu, jika kita ingin menggapai rahmat Allah pada bulan Ramadan ini, bantulah orang yang sedang menghadapi kesulitan. Berilah makan orang yang lapar, dan lindungi anak-anak yatim dan miskin melalui harta serta jiwa kita.
Menurut Rasulullah SAW, pertolongan Allah sebagai salah satu bentuk rahmat-Nya terdapat pada orang yang sedang ditimpa kesulitan dan kesusahan. Sebagaimana sabdanya, “Dan Allah akan senantiasa menolong hamba sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.” “Barang siapa membebaskan seorang Muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan di hari kiamat.” (HR Muslim)
Untuk meraih rahmat Allah pada bulan suci ini, tidak cukup hanya dengan berpuasa dan berdoa menengadahkan tangan ke langit sambil menangis, tapi yang lebih penting dari semua itu adalah adanya kepedulian kita terhadap sesama. Berdoa dan berzikir sambil menangis tidak akan mendatangkan rahmat Allah jika berbarengan dengan itu kita membiarkan orang di sekitar kita kesusahan.
Oleh karena itu, pantas kalau Rasulullah SAW mendorong orang berpuasa pada bulan Ramadan untuk meningkatkan amal salehnya. Bahkan, Rasulullah SAW mengiming-imingi pahala yang berlipat ganda bagi siapa saja yang beramal saleh pada bulan Ramadan. Dalam khutbah menjelang kedatangan bulan Ramadan, Rasulullah bersabda, “Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.”
Sahabat-sahabat lain bertanya, “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan, “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”
Rasulullah SAW bersabda, “Rabb kita ’azza wa jalla berfirman, puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya” (HR. Ahmad)
Lihatlah, ternyata puasa adalah perisai. Kita perlu perisai dari api neraka. Degan kita berpuasa, berarti kita telah membentengi diri kita dari api neraka. Berpuasa satu hari di jalan hari di jalan Allah, bisa menjauhkan ia dari api neraka 70 tahun. Contoh berpuasa dijalan Allah adalah berpuasa ketika berjihad, berpuasa ketika menuntut ilmu, berpuasa ketika umrah.***