Wanita kelahiran Dumai 28 September 1998 ini akrab disapa Mawaddah atau Ima, sejak tahun 2011 ia telah aktif di berbagai perlombaan bidang tilawah. Hingga berusia 20 tahun di tahun 2018 ini, ia memasuki perlombaan tilawah untuk kategori tilawah remaja. Bercerita dari ia dapat menjuarai banyak prestasi di tilawah, Ima mengatakan ia mendapatkan pelatihan dibidang tersebut dari adanya les private khusus untuk tilawah tersebut.
-------------------------------------------------------------------------
(RIAUPOS.CO) - "Awalnya belajar tilawah itu dari kelas tiga Sekolah Dasar (SD). Ada pelatih pribadinya juga, jadi orangtua carikan guru ngaji di Dumai terus private les gitu setiap malam. Seminggu ada tiga kali latihannya. Kemudian, barulah mulai coba ikut lomba MTQ sejak kelas enam SD. Tapi memang perjuangan hanya ditingkat kota paling jauh," ujar Ima bercerita.
Mahasiswi semester lima di administrasi negara fakultas ilmu sosial ilmu politik Universitas Riau ini mengatakan baru di tahun 2011 sekitar kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia baru bisa mengikuti lomba ke provinsi dan langsung masuk ke final dengan cabang tilawah anak- anak. Berlanjut setelahnya, di tahun 2011 hingga 2017 ia bisa mewakili kota Dumai ke tingkat provinsi.
"Namun di atas langit masih ada langit. Intinya ada usaha, ada hasil. Allah akan kasih hasil sesuai dengan usaha. Terkadang usaha sudah, doa sudah, hasil belum ada. Itu tanda nya Allah akan kasih rencana indah yang lebih dari apa yang kita inginkan. Dulu rasanya susah sekali mau lolos di tingkat kota untuk mewakili kota ke tingkat provinsi," ucapnya.
Namun segala prestasi itu tak lepas dari segala dukungan orangtuanya. Ibundanya sering mengingatkannya untuk tidak meninggalkan salat sunnah tahajud. Bangun tengah malam untuk ibadah dan belajar. "Ibunda sering mengingatkan untuk selalu salat tahajud dan belajar tengah malam. Alhamdulillah terbuka semuaa urusan. Makin lama belajar makin ada peningkatannya," ungkapnya.
Dari semua rangkaian prestasinya yang telah ia raih itu, ia bercita-cita Qoriah international. Bagi Ima cita-cita itu bukan lah sebuah terget tetapi keinginan dari hati. Ia selalu berharap suatu hari dapat duduk di mimbar internasional. Karena bagi Ima melihat seseorang dapat mengaji di mimbar internasional adalah prestasi luar biasa.
"Ya kalau liat orang yang mengaji di mimbar internasional itu sepertinya gagah gitu. Karena nggak semua orang bisa, hanya orang orang pilihan saja yang bisa mewakili negaranya, Indonesia," tutur Ima.(cr8)
Laporan Deslina, Pekanbaru