Priskilla dan Ratih Cerita Skandal Body Checking Miss Universe Indonesia

Perempuan | Rabu, 09 Agustus 2023 - 21:05 WIB

Priskilla dan Ratih Cerita Skandal Body Checking Miss Universe Indonesia
Finalis MUID Desak Putu Ratih Widhiarta (dua dari kanan), dan Priskilla Jelita (kanan) saat jumpa pers Senin (7/8/2023) malam. (SHAFA NADIA/JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dua finalis Miss Universe Indonesia 2023, Priskilla Jelita Tamariska, 23, dan Desak Putu Ratih Widhiarta, 20, termasuk yang mengalami body checking yang tidak sesuai prosedur. Karena merasa takut dan tertekan, keduanya terpaksa mengikuti permintaan panitia. Berikut cerita Jelita (PJ) dan Ratih (R) saat dijumpai pada Senin (7/8/2023) malam.

Bagaimana kronologi kejadian yang kalian alami?


PJ: Saya adalah finalis yang awal-awal melakukan body checking. Jadi, saya hanya sendiri (tanpa ada finalis lain). Pertama, saya dipanggil dengan kata-kata, ’J (sebut nama) akan melakukan fitting’. Saya bawa gaun dan masuk ke dalam. Ketika mau buka baju, tiba-tiba disuruh buka pakaian dalam, kecuali bagian bawah. Tapi, tidak langsung saya lakukan. Saya menolak.

R: Saya dipanggil urutan tengah. Padahal, tidak ada agenda body checking. Saat saya masuk, masih ada finalis lain yang kondisinya telanjang. Ketika saya melakukan body checking, ada dua finalis lagi yang dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Jadi, total di bilik itu ada empat finalis. Kami disuruh melepas (pakaian) bagian atas, termasuk bra. Tidak boleh memakai nipple cover atau bra jell. Jadi, kami benar-benar hanya pakai celana dalam. Saya sangat kaget tiba-tiba disuruh bugil.

Apa ada hal lain yang diminta pihak MUID tanpa persetujuan kedua pihak terlebih dulu?

PJ: Saya disuruh angkat kaki satu ke kursi untuk dilihat (kondisi) kaki saya apa kekurangannya dan bagian bawah (area) private saya bagaimana. Lalu, saya disuruh putar badan. Nah, di situ saya agak terganggu. Tapi, saat itu saya tidak difoto, hanya dicatat saja.

R: Kami disuruh melakukan beberapa pose seperti mengangkang, pose belakang, memperlihatkan bagian bokong. Kami melakukan body checking dan tidak hanya dilihat, tapi juga dipegang area-area private seperti yang saya alami sendiri.

Setelah diminta membuka pakaian dalam, bagaimana cara kalian menunjukkan ketidaknyamanan atau penolakan?

PJ: Saya menutup bagian buah dada, lalu dibentak dan dimarahi. Saya membuka bagian atas, lalu saya di-body checking. Saat itu saya merasa agak tertekan, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa karena takut itu (body checking) sebagai salah satu penilaian (MUID).

R: Saat itu saya bingung dan sangat tidak nyaman. Tapi, karena kondisinya sangat tertekan, jadi kayak yang tadi PJ bilang (nurut). Bukannya saya berarti mau, tapi karena memang ini bagian dari kontes. Saya berpikir, memang perlu ya sampai segininya? Di ajang lain tidak pernah ada body checking sampai separah ini.

Bagaimana reaksi panitia ketika kalian mencoba menolak permintaan mereka?

PJ: (Dibilang) Kalau saya itu tidak bangga pada tubuh saya sendiri. ’Gimana kalau nanti dikirim ke luar negeri? Kalau di luar negeri, kamu akan telanjang di depan banyak orang.

R: Kami diteriaki untuk nggak boleh malu. Jadi, saya nurut-nurut aja. Itu bikin saya kesal dengan diri sendiri karena tidak bisa melawan pada saat itu. Saya merasa sangat direndahkan sebagai wanita karena kami dilihat sebagai objek, bukan orang berprestasi.

Bagaimana kondisi di dalam ruangan?

PJ: Saya sendirian telanjang. Tidak hanya ada perempuan saja, ada tiga laki-laki yang saya ingat. Di situ ramai. Tidak dilakukan di ruangan tertutup juga. Tidak ada pintu, benar-benar hanya sekat kayu. Dan, orang lalu-lalang di situ sangat bebas.

R: Ada sekitar 3 cowok dan 5 perempuan.

Sampai sekarang, gangguan seperti apa yang masih kalian alami pasca kejadian?

PJ: Saya masih overthinking dan susah tidur. Masih kepikiran bagaimana mereka selalu mengurusi (tubuh, Red) yang kasarnya itu adalah body shaming. Karena mereka menilai dari kulit saya bagaimana, lalu saya dipertontonkan ramai-ramai di depan orang lain. Dan, ini adalah pengalaman pertama saya ikut beauty pageant. Namun, seperti ini first impression saya. Itulah kenapa saya merasa sedih dan mentalnya belum oke sampai saat ini.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook