PIALA EROPA 2020

Turki, Senol Gunes, dan Semangat Pinggiran Lille

Perca | Jumat, 11 Juni 2021 - 20:07 WIB

Turki, Senol Gunes, dan Semangat Pinggiran Lille
Kapten Turki, Burak Yilmaz, saat merayakan golnya ke jala Belanda dalam Pra Piala Dunia 2022 lalu. (TWITTER)

Tidak hanya mereka yang bermain untuk tim nasional Turki, pemain-pemain berdarah Turki yang lahir di beberapa negara Eropa, terutama Jerman, juga mampu menyejajarkan dirinya sebagai bagian dari tim nasional Jerman. Jika beberapa pemain kelahiran Jerman seperti Basturk, Halil, Hamid, Sahin, dan beberapa lainnya memilih membela tanah leluhurnya, maka nama-nama seperti Mehmed Scholl, Mesut Ozil, Ilkay Gundogan, atau Emre Can memilih membela tanah kelahirannya.

Dalam skuat Jerman untuk Piala Eropa 2020 ini, Gundogan dan dan Can adalah dua andalan Joachim Low berdarah Turki untuk mengembalikan reputasi Jerman yang jeblok di Piala Dunia 2018 lalu yang penuh skandal dalam internal tim.


Turki lolos ke putaran final Piala Dunia 2020 setelah menjadi runner-up Grup H. Turki hanya kalah dari Prancis dalam perolehan poin. Mereka menyingkirkan Islandia, Albania, Moldova, Andorra. Ini merupakan keikutsertaan keempat bagi Turki di Piala Eropa sejak kejuaraan antarnegara itu dimainkan tahun 1960. Turki pertama kali lolos ke putaran final di Piala Eropa 1996 di Inggris. Ketika itu, Hakan Sukur dkk gagal lolos ke babak knock-out.

Namun empat tahun kemudian, saat kejuaraan dimainkan di Belanda-Belgia, Turki yang dilatih Mustafa Denizli, berhasil lolos ke perempatfinal sebelum akhirnya kandas di tangan Portugal 0-2. Sayangnya, empat tahun kemudian, berstatus sebagai peringkat ketiga Piala Dunia 2002, Turki malah gagal lolos dari penyisihan grup saat Piala Eropa dipentaskan di Portugal.

Prestasi tertinggi Turki di Piala Eropa didapat pada gelaran 2008 di Austria-Swiss. Ditangani pelatih legendaris Fatih Terim, Semih Senturk dkk berhasil menjadi runner-up Grup A di bawah Portugal, namun dengan koleksi poin yang sama, yakni 6.  Finis di posisi kedua penyisihan grup membuat Turki melaju ke perempatfinal. Pada babak delapan besar, Hamit Altintop dan kawan-kawan mengalahkan Kroasia lewat drama adu penalti dengan skor 3-1. Sebelumnya di waktu normal hingga perpanjangan waktu, skor imbang 1-1. Langkah Turki terhenti di semifinal setelah kalah dengan skor 2-3 dari Jerman.

Ketika itu, Terim membawa pemain-pemain berpengalaman seperti Rustu Recber, Volkan Demirel, Hakan Kadir Balta, Mehmet Topal, Emre Belozoglu, Arda Turan, Tuncay Sanli, Gokdeniz Karadeniz, Nihat Kahveci, Hamit Altintop, Sabri Sarioglu dan beberapa lainnya. Sebelum berangkat, Terim dikritik banyak orang karena meninggalkan salah satu gelandang terbaiknya, Yildiray Basturk.

Kini, Turki kembali lagi lolos ke putaran final 2020 setelah di 2016 gagal lolos dari penyisihan grup di putaran final. Selcuk Inan dkk kalah bersaing di Grup D. Mereka hanya mampu menempati posisi ketiga, kalah bersaing dengan Kroasia dan Spanyol yang lolos ke perempatfinal. Turki yang juga dilatih Terim hanya mendapat tiga poin setelah menang 2-0 atas Republik Ceko.

Menghadapi Italia di partai pembuka Piala Eropa yang akan dimainkan di Stadion Olimpico Roma, dini hari ini, tim berjuluk Ay-Yıldızlılar atau The Crescent-Stars punya modal bagus. Tim yang kini dilatih lagi oleh legendaris Senol Gunes --yang membawa Turki jadi peringkat ketiga Piala Dunia 2002 dan Piala Konfederasi 2003-- baru saja membantai Belanda 4-2 dan Norwegia 3-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Turki juga datang dengan semangat "pinggiran" yang diperjuangkan Lille OSC sepanjang musim ini di Liga Prancis. Lille tak dinyana berhasil menjadi juara Liga Prancis dengan mematahkan dominasi tim kaya dan penuh bintang, Paris Saint-Germain.

Banyak yang mengakui, kehadiran trio Turki dalam tim Lille, yakni Burak Yilmaz, Yusuf Yazici, dan Zeki Celik, berpengaruh besar pada skuat klub tersebut. Ketiga pemain tersebut dibawa Gunes dalam tim sekarang bersama beberapa pemain lainnya yang juga bermain cukup bagus di klub masing-masing seperti Ozan Kabak (Liverpool), Caglar Soyuncu (Leicester), Merih Demiral (Juventus),  Ozan Tufan (Fenerbahce), Hakan Calhanoglu (AC Milan), dan yang lainnya.

Italia sendiri yang belum mendapatkan “lawan” sepadan sejak penyisihan grup hingga Pra Piala Dunia 2022, jika lengah akan ditelan oleh Turki. Mengandalkan pemain-pemain “biasa saja” –jika tak mau disebut tanpa bintang— Roberto Mancini tak boleh meremehkan Turki. Juga dua lawan lainnya di Grup A, Swiss dan Wales.

Saya tidak akan mengulas secara teknis soal strategi dan taktik dalam pertandingan ini. Data dan fakta yang saya sampaikan di atas bisa menjadi gambaran bahwa Turki punya "tujuan jelas" di kejuaraan kali ini. Para pembaca pasti sudah sangat fasih membuat analisa sendiri soal taktik, strategi, pilihan pemain yang pas, dan sebagainya.***

 

 

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook