JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencoba memecah kebuntuan soal lulusan pendidikan vokasi yang banyak menganggur. Konsep link and match bakal lebih diseriusi dengan perjodohan masal antara pendidikan vokasi dan industri.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto menjelaskan, sejumlah program studi (prodi) vokasi di perguruan tinggi (PT) sebenarnya telah mengaplikasikan link and match. Hanya, banyak yang belum mendalam.
"Kali ini yang kita dorong itu pernikahan yang dalam," katanya dalam temu media secara virtual kemarin (27/5).
Konsep pernikahan tersebut akan mendorong kedua pihak berbagi peran, berinvestasi, hingga mengambil risiko bersama. Industri dilibatkan langsung dalam proses mendidik para lulusan program vokasi. Dengan demikian, hasilnya akan cocok dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja. "Kita bikin platform makcomblang lah istilahnya," ungkap dia.
Platform tersebut berwujud paket-paket kebijakan, regulasi yang bisa men-support ekosistem pernikahan masal itu, serta paket-paket insentif dalam bentuk pendanaan yang bisa mengembangkan kerja sama-kerja sama yang berdampak besar dan berkelanjutan. Salah satunya paket "pernikahan" yang berisi sekitar delapan kebijakan. Di antaranya soal kurikulum yang disusun bersama antara industri dan PT.
Tahun ini target program penguatan pendidikan vokasi itu bakal menyasar seratus prodi vokasi di PTN dan PTS. Mereka didorong melakukan pernikahan masal dengan puluhan atau bahkan ratusan industri.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi