PELALAWAN (RIAUPOS.CO) -- Kecamatan Teluk Meranti merupakan daerah dengan lahan tanah gambut yang paling dalam di Kabupaten Pelalawan.
Tidak hanya menyebabkan daerah ini rentan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun kondisi lahan gambut tersebut juga berdampak menyebabkan masyarakat di kecamatan yang memiliki objek wisata Bono ini juga sudah lama mengalami kesulitan air bersih.
Pasalnya, gambut ini membuat air menjadi merah dan terasa masam, sehingga air tersebut tak bisa dikonsumsi oleh warga sebagai keperluan vital.
Seperti yang disampaikan tokoh masyarakat Kecamatan Teluk Meranti Anasruddin kepada Riau Pos, Ahad (12/1) via selulernya.
Dikatakannya, lebih dari 30 tahun silam, masyarakat daerah pesisir Pelalawan (Teluk Meranti, red) khususnya di Desa Pulau Muda harus menggunakan air kanal lahan gambut berwarna merah untuk mandi, mencuci dan kakus (MCK).
Atas kondisi tersebut, sambung Anasruddin yang merupakan mantan Kepala Desa Pulau Muda ini, warga pun meminta dan berharap agar Pemkab Pelalawan dapat segera mencarikan solusi, sehingga warga tidak kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
"Memang pada 2013 lalu, Pemkab Pelalawan melalui Dinas PUPR sudah membangun PDAM di desa kami. Hanya saja, setelah PDAM untuk memudahkan warga mendapatkan air bersih itu dibangun, sampai saat ini bangunan tersebut tidak difungsikan. Alasan Pemkab karena belum ada pegawai teknisi untuk mengoperasionalkan PDAM tersebut," tegasnya.
"Untuk itu, kami sebagai warga meminta dan berharap agar Pemkab dapat segera fungsikan operasional PDAM tersebut untuk memudahkan warga mendapatkan pasokan air bersih," ujarnya.
Hanya saja, Ardiansyah ST selaku Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pelalawan yang membidangi pengelolaan air bersih (PDAM, red), belum berhasil memberikan respon setelah dihubungi berkali-kali melalui selulernya di nomor 081276443xx tidak aktif.(amn)