PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menyurati rumah sakit yang ada di Riau untuk segera menyesuaikan tarif pemeriksaan swab polymerase chain reaction (PCR). Dalam surat tersebut, Gubri meminta kepada pihak rumah sakit dan klinik agar menurunkan harga tes PCR dari Rp500 ribu menjadi Rp300 ribu.
Kebijakan tersebut diambil sebagai tindak lanjut dari keputusan pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan yang secara resmi mengumumkan tarif terbaru tes PCR di Indonesia.
Di mana untuk luar Jawa-Bali, termasuk di Riau tarifnya adalah Rp300 ribu.
"Iya, saya sudah instruksikan seluruh rumah sakit di Riau melalui surat resmi agar menurunkan tarif tes PCR menjadi Rp300 ribu," kata Gubri.
Tidak hanya kepada rumah sakit, namun instruksi tersebut juga dialamatkan untuk seluruh puskesmas, klinik, dan laboratorium yang selama ini membuka layanan PCR agar tarifnya mengikuti kebijakan pemerintah pusat.
"Klinik-klinik yang melayani tes PCR juga harus menyesuaikan tarif baru yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan ini," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, untuk pasien positif Covid-19 di Riau per Kamis (28/10) bertambah 16 orang. Dengan penambahan 16 pasien positif Covid-19 tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 128.066 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 10 pasien, sehingga total 123.792 orang yang sudah sembuh," katanya.
Untuk kabar dukanya, juga terdapat 1 pasien yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 4.104 orang.
Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit 28 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri 142 orang.
"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri 170 orang," ujarnya.
Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 3.563 orang dan yang isolasi di rumah sakit 54 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 115.298, sementara yang meninggal dunia 489 orang. Mimi juga berpesan, dengan masih adanya pasien positif Covid-19 di Riau agar masyarakat terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.
"Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.
Datang Lagi Jutaan Vaksin Covid-19
Pemenuhan vaksin Covid-19 untuk seluruh penduduk terus diupayakan pemerintah. Salah satunya dengan memastikan ketersediaan stok vaksin Covid-19. Kemarin (28/10), Indonesia kedatangan Vaksin Sinovac dan Pfizer. Sehingga, Indonesia telah kedatangan 305.735.960 dosis.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong mengatakan sejak Selasa lalu (26/10) hingga kemarin, pemerintah mendatangkan empat tahap vaksin.Pada Selasa lalu, Indonesia kedatangan 4 juta vaksin Sinovac dalam bentuk jadi. Rabu (27/10), 4 juta dosis vaksin Sinovac juga kembali tiba. Lalu kemarin, datang 677.430 dosis vaksin Pfizer dan 4 juta vaksin Sinovac.
"Lancarnya kedatangan vaksin, membuat upaya percepatan dan perluasan program vaksinasi jadi lebih optimal," kata Usman. Seperti arahan Presiden Joko Widodo, setiap vaksin jadi yang telah datang akan langsung secepatnya didistribusikan ke berbagai daerah. Tujuannya, penyuntikan vaksin di daerah berjalan lebih cepat.
Selain jaminan ketersediaan stok vaksin dan upaya percepatan vaksinasi, pemerintah juga terus memberikan edukasi kepada yang masih ragu dan enggan untuk divaksinasi.
"Sekali lagi pemerintah menegaskan bahwa seluruh vaksin Covid-19 yang digunakan ini aman dan berkhasiat," ungkapya.
Dalam kesempatan itu, Usman meminta masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. "Presiden Jokowi juga telah mengingatkan kita agar tetap mawas diri," katanya.
Alasannya kenaikan kasus masih terjadi meski jumlahnya kecil. Pada kesempatan lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan terkait Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa kasus yang terus rendah merupakan salah satu indikator dari pandemi ke endemi. Pemerintah, menurutnya, menargetkan kasus harian maksimal hanya 2.700 kasus.
Meski kasus rendah, Nadia menyatakan Indonesia juga bisa mengalami gelombang ketiga. "Gelombang ketiga bisa terjadi meski vaksinasi tinggi," ujarnya. Vaksinasi saja tidak cukup. Harus didukung juga dengan protokol kesehatan yang tertib dijalankan.
Virus Covid-19 yang dapat bermutasi menjadi salah satu perhatian. Misalnya ketiga ada varian Delta, berbagai negara mengalami gelombang kedua. Yang terbaru, ada varian baru AY.4.2. Virus ini merupakan varian deltas yang mengalami mutasi. "Tidak ada perbedaan gejala," ungkap Nadia. Hingga saat ini belum diketahui kecepatan penularannya.(sol/lyn/jpg)