PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Indeks Kualitas Udara (AQI) dan polusi udara Pm2.5 di Kota Pekanbaru dan sekitarnya berdasarkan data dari IQAir pada hari Rabu (23/8/2023) berada dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Dalam kondisi serupa ini dan jika terus memburuk, ahli kesehatan paru mengimbau agar masyarakat rentan dapat menggunakan masker sebagai antisipasi awal.
Pantauan Riaupos.co pada situs pemantau udara dan polusi IQAir, kualitas udara Pekanbaru dan sekitarnya pada angka AQI US 116, atau terjadi peningkatan di banding hari-hari sebelumnya yang masih di bawah angka 100.
Dari enam station pemantau kualitas udara IQAir di wilayah Pekanbaru sekitanya, lima titik diantaranya berwarna oranye, atau kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka di atas 100. Seperti di Perawang 143, Tenayan Raya 120, Petapahan 116, Pekanbaru 115, dan Cempaka Office 107. Sementara satu masih kuning, pada angka 55 atau dalam kategori sedang.
Data di IQAir, sejak Ahad (20/8/2023) lalu, kondisi kualitas udara Pekanbaru sekitarnya berada dalam posisi sedang hingga Selasa (22/8/2023) kemarin. Dan baru pada hari ini tidak sehat bagi kelompok sensitif yang juga diprediksi bakal kembali dalam kondisi kualitas udara serupa pada akhir pekan ini.
Atas kondisi ini, lantas bagaimana melindungi dari polusi udara di Kota Pekanbaru? Dijelaskan bagi kelompok sensitif, seperti anak-anak dan lansia serta orang beresiko direkomendasikan memakai masker di luar rumah, kemudian menyalakan penyaring udara di dalam rumah serta menutup jendela untuk menghinari udara luar yang kotor. Serta mengurangi aktivitas outdoor.
Berdasarkan data AQI di IQAir, terdapat angka 0-500. Dimana untuk 0-50 kategori bagus, 51-100 kategori sedang, 101-150 kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 301-500 berbahaya.
Dengan kondisi kualitas udara Pekanbaru sekitarnya tidak sehat untuk kelompok sensitif ini, maka setiap orang berisiko mengalami iritasi mata, kulit, dan tenggorokan serta masalah pernapasan. Masyarakat harus sangat mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Kondisi kualitas udara tidak sehat di Pekanbaru dan sekitarnya ini diduga karena adanya polusi akibat Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Riau.
Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau dr Indra Yovi Sp P (K) mengatakan, akibat udara yang tidak sehat tersebut, yang paling akan merasakan dampaknya yakni orang-orang yang beresiko dan anak-anak. Orang yang beresiko tersebut yakni orang-orang yang sebelumnya sudah punya masalah kesehatan pernafasan.
"Seperti punya penyakit TBC, asma dan kangker paru itu akan langsung berdampak pada imunitas pernafasan mereka. Kemudian juga pada anak, mereka lebih rentan terkena ISPA, namun itu masih merupakan efek jangka pendek," katanya.
Sementara itu, untuk efek jangka panjang tergantung pada seberapa parah polusi yang terjadi. Secara awam polusi tersebut juga dapat dilihat dari jarak pandang, dimana semakin pendek jarak pandang maka semakin berbahaya polusi yang terjadi.
"Kalau dibawah 100 meter jarak pandang, itu berarti status polusinya hitam," sebutnya.
Karena itu, pihaknya menyarankan jika melihat status kualitas udara tidak sehat, jika harus bepergian keluar rumah hendaknya menggunakan masker. Terutama bagi kelompok rentan dan anak-anak.
"Masker yang digunakan masker medis yang biasa saja, tidak perlu masker yang N95," ujarnya.
Sebagai informasi, IQAir merupakan platform informasi kualitas udara real-time gratis terbesar di dunia dan melibat warga, organisasi dan pemerintah global. Yang berkolaborasi dengan organisasi yang berpikiran sama dalam memerangi polusi udara. Sebagai mitra teknologi Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UN Habitat, dan Greenpeace, yang berusaha untuk memberdayakan perubahan dan berkontribusi pada jalur berkelanjutan menuju udara yang lebih baik.
Laporan: Soleh Saputra
Editor: Eka G Putra