PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- STIKes Payung Negeri Pekanbaru sebagai lembaga pendidikan perawat kesehatan ternama di Pekanbaru terus berupaya meng-upgrade semua komponen di lembaga mereka. Untuk itu, program studi S1 Keperawatan menggelar kuliah pakar tentang HIV/AIDS dengan tema Peran Perawat dalam Penatalaksanaan HIV/AIDS, Jumat (21/6).
Kuliah pakar HIV/AIDS ini mendatangkan pemateri yaitu Ns Alfitri MKep Sp KMB yang merupakan konselor HIV/AIDS tingkat nasional.
Turut hadir juga Wakil Ketua 3 STIKes PN Ns Fitry Erlin MKep, Ketua DPK PPNI STIKes Payung Negeri Pekanbaru Ns Ifon Driposwana Putra MKep, para dosen dan 91 mahasiswa Prodi S1 Keperawatan semester empat, 56 mahasiswa keperawatan DIII serta undangan lainnya.
Dalam pemaparannya Alfitri mengatakan, tujuan penanggulangan HIV/AIDS adalah 3 Zero 2030 yaitu Zero New HIV infection, Zero AIDS Related Death dan Zero Discrimination. Strategi penaggulangan HIV dengan jalur cepat yaitu STOP (suluh, temukan, panti, pertahankan).
“Suluh dengan pemberikan pengetahuan pada masyarakat, sehingga 90 persen masyarakat paham HIV, temukan dimana 90 persen ODHA tentang status HIV-nya, obati dengan memberikan terapi ARV pada ODHA dan pertahankan bagi ODHA yang tidak terdeteksi virusnya” ujar Alfitri.
Sementara itu Ketua Pelaksana Kegitan Ns Sri Yanti MKep Sp KMB sekaligus Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru mengatakan, kuliah pakar ini merupakan aplikasi dari mata kuliah (MK) Keperawatan HIV/AIDS di STIKes PN dan juga di dasari tingginya angka kejadian HIV.
Menurut data Depkes tahun 2017 setidaknya hampir 36,9 juta manusia yang hidup dengan HIV dan lebih 940 ribu kasus yang meninggal karena AIDS.
“Data ini cenderung meningkat setiap tahunnya, oleh karena itu pentingnya kuliah pakar ini agar nantiknya mahasiswa mampu melakukan asuhan perawatan dan simulasi pendidikan kesehatan pada pasien dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA,” ujar Sri Yanti.
Sri Yanti mengharapkan dengan kuliah pakar ini nantinya mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan pekerjaannya sudah mendapat banyak pemahaman dan ilmu dari pakar konselor HIV/AIDS.
“Mahasiswa dapat memahami HIV/AIDS dan menjadi agen pemutus mata rantai penularan HIV/AIDS,” kata Sri Yanti.(rul)