Pembelian LKS Bikin Pusing Wali Murid

Pekanbaru | Jumat, 20 Januari 2023 - 09:44 WIB

Pembelian LKS Bikin Pusing Wali Murid
Salah satu buku LKS untuk kelas II sekolah dasar, Kamis (19/1/2023). Pembelian buku LKS dengan harga sekitar Rp150 ribu per paket dikeluhkan orang tua karena dinilai memberatkan. (MHD AKHWAN/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sejumlah orang tua atau wali murid dipusingkan dengan kebijakan sekolah negeri terkait pembelian Lembar Kerja Siswa (LKS). Bagaimana tidak, sekolah mewajibkan peserta didik untuk membeli buku LKS tersebut yang satu paketnya berkisar dari Rp145.000 hingga Rp160.000 dengan isi 4 hingga 5 buku mata pelajaran.

Seperti disampai Upik, warga Kecamatan Payung Sekaki, awal Januari lalu ia dipusingkan dengan cucunya yang duduk di bangku SMP negeri  yang meminta uang untuk beli buku LKS.


''Harus beli LKS Rp150 ribu, sementara kami tak mampu,'' katanya, kemarin.

Merasa berat, Upik meminta cucunya untuk tidak melanjutkan sekolah. ''Dia menangis. Terpaksa saya cari pinjaman sana-sini,'' ungkapnya.

Keluhan lain dilontarkan wali murid salah satu sekolah dasar negeri di Kecamatan Rumbai. Wali murid yang enggan diungkapkan identitasnya ini mengaku takut jika identitasnya diketahui oleh pihak sekolah akan berakibat pada anaknya yang nantinya bisa dikucilkan di sekolah tersebut.

Diceritakannya, sudah beberapa tahun terakhir sekolah negeri tersebut mewajibkan seluruh murid untuk membeli buku LKS yang dijual di salah satu toko yang berada tidak jauh dari sekolah berasal. Di sana murid membeli buku LKS yang satu paketnya dijual Rp155.000.

Memang pihak sekolah tidak memaksa murid. Tapi banyak murid melapor ke orang tua kalau anak-anak tidak membeli buku LKS tersebut sengaja diasingkan oleh guru di sekolah tersebut.

''Masalahnya itu harganya cukup mahal, tak semua orang tua yang sanggup. Kami yang cuma buruh ini untuk bisa makan sehari saja sudah cukup. Ini malah anak diwajibkan untuk beli LKS. Difotokopi pun tak bisa. Daripada anak kami di sekolah dikucilkan, mau tak mau kami orang tua ini ikut saja permainan sekolah agar anak baik-baik saja,'' ujarnya.

Saat ditanyakan dimana sekolah yang ia maksud itu. Orang tua murid ini enggan memberikan informasi mendalam karena takut pihak sekolah akan menindaklanjuti keluhannya itu.

''Nggak perlulah tahu sekolahnya yang mana. Tapi rata-rata sekolah di Pekanbaru ini semua mengadakan LKS dengan sistem yang serupa, memaksa anak untuk membelinya. Ya, mungkin saya hanya bisa berharap pemerintah bisa menindaklanjuti dan bersikap tegas terhadap permasalahan ini karena kami menyekolahkan anak di sekolah negeri karena biayanya itu lebih terjangkau,'' katanya.

Keluhan senada juga dilontarkan Mimi, yang anaknya bersekolah di salah satu SD negeri di wilayah Panam. Ia mengeluhkan sekolah memaksa murid membeli LKS dengan harga kisaran Rp135 ribu- Rp145 ribu.

''Jumlah ini tentu besar bagi kami. Padahal alasan anak kami masuk sekolah negeri untuk meringan beban biaya, ternyata ada pula biaya tambahan,'' kata Mimi kepada wartawan, Senin (16/1).

Dia menyebutkan, memang pihak sekolah tidak memaksa. Akan tetapi katanya semua soal ujian dibuat dalam LKS. ''Sekolah tidak mewajibkan, tapi tetap kami harus beli. Karena guru-guru pakai itu untuk memberi tugas ke anak-anak, jadi terpaksa juga harus beli. Difotokopi  pun tidak bisa,'' katanya lagi.

Dia mengatakan, soal LKS ini terjadi di semua sekolah di Pekanbaru ini, baik SD maupun SMP. Untuk harganya disebutkan bervariasi. Mulai dari harga Rp135 ribu sampai Rp145 ribu dalam satu paket.

''Itu dibeli setiap awal semester. Kami mau mengadu ke mana? Ini soal nasib anak kami di sekolah jika kami laporkan,'' tuturnya.

Disampaikannya juga, bahwa pembelian LKS itu tidak pula dilakukan di sekolah, melainkan toko yang bekerja sama dengan sekolah. ''Ada kerja sama pihak sekolah dengan pihak toko yang menjual LKS itu. Untuk itu kami minta Disdik bersikap, dan menindak praktik jual beli LKS ini, dan kesannya memaksa,'' ungkapnya

Sementara itu, Dewi, salah seorang wali murid salah satu sekolah dasar swasta di Kota Pekanbaru mengatakan, sekolah tempat anaknya menimba ilmu juga mewajibkan murid untuk memiliki buku LKS. Namun dengan harga yang jauh lebih murah. Di mana ia hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp33.000 untuk satu paket LKS yang digunakan selama satu semester ini.

Hal berbeda ia temukan dengan tetangga sebelah rumahnya yang anaknya sekolah di sekolah dasar negeri di Kecamatan Pekanbaru Kota. ''Kalau sekolah anak saya memang ada jual LKS itu tapi murah banget untuk satu semesternya. Dan di sana pun untuk buku pelajaran lainnya pihak sekolah yang memfasilitasi tanpa kami harus bayar lagi. Nah kalau tetangga saya ini malah sebaliknya setiap semester itu ada aja keluar uang orang tuanya untuk beli LKS yang jumlahnya 4 buku saja bisa menghabiskan Rp160. 000,'' ungkapnya.

Dewi mengaku sering merasa kasihan dengan tetangganya itu karena secara finansial tidak terlalu berkecukupan, namun anaknya diharuskan memiliki buku LKS yang cukup mahal. ''Saya sebagai masyarakat dan orang tua maunya pemerintah ini benar-benar bersikap tegas soal pembelian LKS ini, karena tak semua orang punya uang makanya mereka memilih untuk menyekolahkan anak di sekolah negeri, agar pemerintah bisa membantunya,'' tuturnya.(ayi/gus/yls)

Laporan TIM RIAU POS, Kota

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook