PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Pengerjaan proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Pekanbaru menimbulkan sejumlah masalah bagi warga. Pasalnya, akibat pengerjaan proyek limbah tersebut usaha warga sekitar banyak yang terpaksa gulung tikar akibat tertutup bangunan proyek dan sepinya pembeli. Belum lagi, debu dari pengerjaan proyek ini yang cukup berdampak kepada warga.
Pantauan Riau Pos, Rabu (17/2/2021) di Jalan Rajawali Sakti sejumlah bangunan proyek yang terdiri dari seng-seng bekas tampak berdiri di depan usaha milik warga. Tak hanya itu, sejumlah alat berat serta tumpukan tanah dan mobil milik pekerja proyek juga terparkir ditengah jalan sehingga menutup secara permanen akses lalu lintas masyarakat.
Bahkan, debu mengganggu kenyamanan warga dan pengendara sehingga warga sekitar berinisiatif melakukan penyiraman badan jalan setiap hari. Penyiraman mandiri ini dilakukan karena mobil penyiram air milik kontraktor dirasa kurang maksimal.
Menurut Yun, salah seorang warga, pihaknya terus mengeluhkan keberadaan proyek ipal yang tak kunjung selesai. Karena sejumlah usaha tidak bisa buka akibat alat berat diparkir di badan jalan tepat di tempat jualannya.
Selain itu, debu dari tanah kering yang merupakan bahan dari pembangunan proyek mulai masuk ke dalam rumah serta kawasan toko sehingga mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.
Kami berharap pekerja peroyek dapat segera menyelesaikan pengerjaannya. "Tapi jangan asal siap, nanti yang ada seperti di beberapa titik sudah selesai beberapa bulan lalu digali, dan sekarang di titik yang sama digali lagi. Yang mati jelas lah usaha warga, mereka asal meletakkan peralatan kerjanya saja di jalan, orang yang mau belanja jadi nggak memiliki akses," ucapnya.
Adrizal, salah seorang pedagang mengaku usahanya sudah beberapa bulan ini merugi akibat pembangunan proyek tersebut. Menurutnya, keberadaan alat berat yang dibiarkan terparkir di badan jalan menutup akses para pembeli makanan miliknya. Akibatnya ia terpaksa menutup toko gorengannya karena tak ada lagi yang melintas di kawasan tersebut.
Jualan kami tutup karena tak ada yang beli. Tepat usaha kami itu tertutup seng pembangunan proyel ini, jadi hanya satu jalur aja yang dibuat aksesnya oleh pekerja proyek, kami yang tertutup karena pengerjaan ini tidak dipikirkannya. Kami butuh makan juga kalau nggak jualan lagi. Siapa yang mau kasih kami makan," kata dia.
Ia berharap pemko segera memberikan solusi atas persoalan ini.(ayi)