Peran Ulama dan Santri dalam Kemerdekaan Indonesia

Pekanbaru | Rabu, 16 Agustus 2023 - 11:15 WIB

Peran Ulama dan Santri dalam Kemerdekaan Indonesia
Tengku Helmi Abu Bakar el-Langkawi Dosen Institut Agama Islam Aceh Samalanga

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Ulama memiliki peranan penting dalam merebut dan mengisi kemerdekaan.  Peran ulama dan santrinya dalam kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. mereka bahkan rela syahid mengorbankan harta, tenaga serta jiwa mereka dalam berjuang dan mempertahankan kemerdekaan. Sejarah telah mencatat perjuangan ulama dan santri sebagai elemen utama kalangan dayah (pesantren), misalnya di Aceh mengibarkan panji jihad sehingga lahirnya syair jihad “Prang Sabi”.

Hikayat yang disenandungkan saat hendak berperang itu ditulis oleh ulama Aceh, Teungku Chik Pante Kulu. Senandung Prang Sabi berisi nasihat, ajakan, dan seruan untuk terjun ke medan jihaad fii sabilillaah, yakni menegakkan agama Allah dan meraih imbalan pahala yang besar. Ulama Aceh lainnya baik Teuku Chiek Ditiro, Teungku Chiek Tanoh Abee dan lainnya juga berperan dalam mengusir penjajah negeri ini.


Begitu di beberapa daerah lainnya di nusantara para ulama dan santri erjihad tanpa pamrih merebut kemerdekaan.Tidak sedikit dari para ulama menjadi tokoh sentral baik dalam kepemimpinan laskar militer ataupun sebagai penggerak santri atau masyarakat untuk ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hal ini diakui oleh Thomas S. Raffles, seorang Letnan Guberner EIC (1811-1816),” Karena mereka (Ulama) begitu dihormati, maka tidak sulit bagi mereka untuk menghasut rakyat agar memberontak. Dan mereka menjadi alat yang paling berbahaya di tangan penguasa pribumi yang menentang kepentingan pemerintahan kolonial”

Mengutip buku Sejarah Hukum Indonesia karya Prof Dr Sutan Remi Syahdeini (2021), kegigihan mereka tak lepas dari konsep jihad yang diyakini. Mereka beranggapan bahwa penjajah adalah orang zalim yang telah merampas kedaulatan umat serta ingin menghancurkan agama Islam.Jadi, memerangi penjajah termasuk langkah jihad yang wajib dijalankan oleh umat Muslim.

Fatwa jihad ini berpengaruh besar terhadap perjuangan melawan penjajah.Hampir semua pertempuran melawan penjajah dipengaruhi oleh fatwa jihad, salah satunya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Keberhasilan pertempuran ini tak lepas dari “Resolusi Jihad” yang dikumandangkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.Resolusi tersebut dikokohkan pada Muktamar NU XVI di Purwokerto 26-29 Maret 1946.

Isinya menyebutkan bahwa berperang melawan penjajah adalah kewajiban fardhu ‘ain bagi orang yang berada dalam jarak 94 km dari kedudukan musuh.Hukum fardhu ‘ain tersebut berlaku untuk laki-laki, perempuan, dan anak anak, baik yang bersenjata ataupun tidak. Menyusul pertempuran 10 November, fatwa jihad mulai diterapkan dalam aksi lainnya seperti pemberontakan petani di Banten dan pemberontakan rakyat di Singaparna.

Keberhasilan perjuangan ini tidak terlepas dari karunia Allah, sebagaimana yang ditulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang selalu kita baca setiap upacara bendera. Makanya, bangsa ini harus menyukuri nikmat kemerdekaan dengan membangun keluhuran bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa.Maksudnya, nilai religius tidak bisa dilepaskan dalam membangun negeri ini menuju bangsa yang sejahtera.

Sejarah mencatat bahwa saham ulama sangat besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Ulama adalah aktor utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.Para ulama yang mulia ini, tidak hanya sekedar menyemangati santri atau rakyat untuk berjuang, memberikan tausyiah dan pidato pembakar semangat namun justru mereka langsung terjun ke medan jihad untuk memimpin perjuangan dengan semangat jihad fisabillah.

Dengan teriakan “Allahu Akbar” para ulama dan santri bertempur di medan juang.Mereka membawa senjata apa adanya bahkan bambu runcing untuk mengusir tentara penjajah. Semangat bergelora itu bertambah setelah dikeluarkannya fatwa Resolusi Jihad oleh ulama besar KH Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.

Dengan demikian, semua ulama dan kiyai yang mengasuh pondok pesanteren mengorganisir santrinya untuk berjuang merebut kemerdekaan.Prinsipnya, berjuang tidak hanya membebaskan tanah air dari penjajah akan tetapi juga merupakan misi suci dalam memperjuangkan agama Allah. Makanya, pejuang yang gugur di medan laga dinilai dengan mati syahid yang balasannya adalah surga Allah.

Peran ulama pejuang ini, tidak hanya merebut kemerdekaan. Mereka juga berperan aktif dalam meletakkan dasar dan fondasi negara.Tugas ini dilaksanakan oleh BPUPKI yang sebagian dari mereka adalah para ulama yang nasionalis atau nasionalis yang religius, di antaranya, KH Wachid Hasyim, H. Agus Salim dan Abdul Kahar Muzakir. Dalam rapat Panitia Sembilan yang berlangsung 22 Juni 1945 dirumuskanlah Dasar Negara yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. (Dedi Irwan, 2022)

Kita berharap kepada para santri yang merupakan calon ulama masa depan negeri ini  untuk senantiasa mejaga dan merawat nilai-nilai kebangsaan dengan penuh tanggung jawab. Dia memandang tantangan pemuda saat ini jauh lebih berat, seiring dengan munculnya paham-paham baru yang ingin membelokkan ideologi negeri ke ideologi yang berbasis Islam. Oleh karenanya, kewaspadaan menghadapi itu harus ditanamkan sejak dini kepada para generasi masa kini.

Berpikir cerdas dan bertindak cepas sangat penting dilakukan, guna menjaga nilai-nilai keutuhan bangsa. Hari ini generasi penerus bertanggung jawab untuk memulihkan martabat kebangsaan kita, membangkitkan semangat keindonesiaan dan kebersamaan. Karena saat ini nilai-nilai itu sudah mulai hilang, bahkan ada beberapa kelompok yang menjadi kelilip pada proses perjalanan bangsa ini. Kalau kata para ulama, memerdekakan adalah tugas kami (ulama), tapi mengawal kemerdekaan, menjaga kedaulatan Indonesia, itu tugas santri.

Peran ulama dalam perjuangan kemerdekaan mempunyai relevansi aktual dalam membangkitkan semangat mengisi kemerdekaan yang kini memasuki usia ke-78, karena ulama adalah pelopor perlawanan dari awal kolonialisme bercokol sampai detik-detik terakhir jelang kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jangan lupakan peran mereka.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook