(RIAUPOS.CO) -- Puluhan anak-anak Sekolah Dasar Negeri 01 Pekanbaru tengah sibuk belajar dalam ruang kelas. Terlihat seorang guru mnerangkan salah satu mata pelajaran, beberapa siswa
mendengarkan dengan seksama, beberapa lainnya acuh tak acuh sambil memandang buku atau bersenda gurau.
SDN 01 Pekanbaru yang beberapa waktu lalu masih merupakan tiga buah sekolah dalam satu kompleks yang sama. Yaitu, SDN 01, SDN 156 dan SDN 10 Pekanbaru. Kini ketiga sekolah telah digabung di bawah nama SDN 01 Pekanbaru.
Guru-guru pun tak lagi berada di ruangan berukuran 2 x 2 meter yang berada di bawah tangga. SDN 01 yang dulunya tak memiliki perpustakaan dan sarana-prasarana lain kini dapat menikmatinya melalui fasilitas dari gedung lainnya.
Hamidi bersyukur, usai pemergeran fasilitas dan saranaprasarana bisa dimanfaatkan secara optimal. Seperti UKS, ruang guru dan perpustakaan.
“Sekarang lengkap UKS ada, ruang guru yang sudah tiga, dan perpustakaan juga sedang dioptimalkan,” tutur Hamidi.
Setelah dimerger sekolah ini memiliki siswa sebanyak 556 siswa dengan jumlah guru sekitar 33 orang di bawah pimpinan kepala sekolah yang baru Hamidi Syam.
Hamidi mengatakan, sebelumnya SDN 01 Pekanbaru harus membuat jadwal secara bergantian, antara masuk pagi dan siang agar anak-anak dapat belajar di dalam ruangan. “Dulu ada tiga shift,” katanya.
Saat ini seluruh siswa dapat belajar secara bersamaan, menempati ruang-ruang dari tiga bangunan sekolah. Tidak ada lagi sistem shift, sehingga siswa-siswi mulai belajar dari pukul 07.00-13.00 WIB.
“Sudah bisa masuk pagi semua,” ujar Hamidi.
Sebelum dimerger, SDN 156 yang terletak di bagian paling belakang memiliki delapan ruang untuk belajar siswa, SDN 01 memiliki 8 ruang, sedangkan SDN 10 memiliki enam ruang.
Usai dimerger dan belajar aktif pada 15 Juli kemarin, SDN 01 Pekanbaru memiliki 20 kelas, menurut Hamidi, kelas 1 hingga kelas 4 masing-masjng memiliki tiga ruangan. Sedangkan untuk kelas lima dan enam, masing-masing memiliki empat ruangan.
Salah seorang murid Lisra mengungkapkan jika dulunya ia masuk tidak sampai siang karrna mendapatkan shift pagi. Ia merasa senang memiliki lebih banyak waktu bermain bersama teman-temannya di sekolah.
“Dulu masuknya nggak sampai siang, pagi aja. Jadi mainnya sedikit,” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang wali murid, Ita, bersyukur jika sekolah tidak jadi dijadikan pasar. Ia mengaku senang jika anaknya dapat belajar dan mendapatkan fasilitas lebih dibandingkan sebelum dimerger.
“Senanglah kalau anak-anak bisa belajar dengan layak, fasilitas yang lebih baik. Semoga saja wacana yang dijadikan pasar itu nggak bener,” tutupnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pemergeran ketiga sekolah tersebut sempat diisukan jika salah satu bangunannya, yaitu bangunan SDN 156 akan dijadikan pasar seperti Pasar Hiegenis yang dulunya juga meruoakan sebuah sekolah.(*2)
Laporan MARRIO KISAZ, Pekanbaru