Menurut desainer dan konseptor serta pemilik toko bahan di Plaza Sukaramai, Rahmad Hidayat, meski saat puasa terbilang sepi pembeli, namun sekitar satu atau dua bulan sebelum puasa banyak masyarakat yang membeli bahan. Kenaikan mencapai 65 persen, dari bulan-bulan biasa.
“Di hari biasa, bisa mencapai Rp30 juta. Untuk sebelum puasa, dalam seharinya mencapai Rp 150 juta. Namum, saat puasa turun drastis, paling sehari Rp3 juta,” ungkapnya.
Dibanding dua tahun terakhir penjualan meroket. Di akhir pekan bisa mencapai Rp50 juta sampai 75 juta sehari. Di hari biasa Rp20 juta sampai Rp30 juta. Sementara di hari besar, maksimal Rp150 juta sampai Rp200 juta sehari.
Hal itu dikarenakan, saat puasa banyak penjahit yang tidak menerima pembuatan bahan. Sehingga saat puasa yang banyak orderan orang tukang jahit. “Selain jual bahan, saya terima jahitan. Jadi saya tahu,” ujarnya.
Kemudian, ia menerima jahitan tergantung konsep dan tema. Semakin mahal bahan semakin mahal ongkos jahitan. Upah harga terendah untuk 1 stel gamis dibandrol Rp250 ribu. Sementara untuk gaun pengantin, 1 gaun dibandrol Rp400 ribu sampai Rp450 ribu.
“Sekarang pun saya sudah tidak terima jahitan. Sebab jahitan kemarin sudah banyak. Dalam sehari terima minimal 12 gamis dan maksimal 20. Untuk pengerjaannya paling lama satu minggu bahan selesai dijahit,” ucapnya yang sudah empat tahun jualan di Ramayana. Ia pun sebelumnya bekerja di Jogja selama tujuh tahun.
Bahan kain yang dijualnya pun beraneka ragam. Ada polos, batik, tilek dan lainnya. Untuk bahan polos dan batik dibanderol mulai dari harga Rp40 ribu per meter. Bahan tilek, dibanderol Rp200 ribu per meter, biasa digunakan untuk pesta. Sementara bahan paling mahal untuk pasangan yang akan melangsungkan nikah, dibandrol Rp1,5 juta sampai Rp3 juta per meter dan sudah termasuk dasar gaun.
Pemilik toko bahan lainnya, Robin pun sampaikan bahwa penjualan meningkat sebelum puasa. Harga bahan di tempatnya bekerja mulai dari Rp10 ribu untuk kain sipono sampai Rp25 ribu per meter untuk kain wolpis, dimond dan musret.