PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menjadi pelajaran berharga tersendiri bagi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Riau.
Karena, masuknya Covid-19 di Riau menjadi awal mula berdirinya Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad Riau. Labor itu digunakan untuk pemeriksaan swab PCR rumah sakit rujukan Covid-19 kabupaten/kota se-Riau kala itu.
"Di RSUD Arifin Achmad saya ikut berperan dalam pendirian Laboratorium Biomolekuler, yang menjadi labor rujukan Provinsi Riau untuk pemeriksaan PCR Covid-19. Karena Mikrobiologi itu kaitannya dengan mikro organisme, seperti bakteri (kuman), jamur dan virus," kata Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik, RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dr Dewi Anggraini Sp.MK (K).
Sebagai salah seorang yang ikut berjuang mewujudkan berdirinya Labor Biomolekuler RSUD Arifin Achmad, Dewi Anggraini mengharapkan keberadaan labor tersebut ke depan bisa untuk pemeriksaan lainnya. "Ke depan kalau bisa Labor Biomol ini tidak hanya untuk pemeriksaan Covid-19 saja, tapi bisa dikembangkan untuk pemeriksaan virus dan mikro organisme lainnya yang baru muncul," katanya.
Dengan begitu, lanjut dr Dewi, ketika ada virus baru tidak kewalahan lagi seperti awal waktu Covid-19 masuk Riau. Sebab saat itu semua secara tiba-tiba saja Labor Biomol disiapkan. "Jadi Covid-19 ini memberi pelajaran apakah ke depan akan ada lagi virus seperti ini. Itu pasti. Karena virus ini terus bermutasi, yang disebabkan oleh lingkungan, iklim dan lainnya," ungkapnya.
Untuk itu, dengan adanya Labor Biomol RSUD Arifin Achmad Riau ini diharapkan ke depan bisa mengidentifikasi dengan cepat kalau ada mikro organisme yang lama muncul kembali atau yang baru.
Disinggung penyebab banyak mutasi virus yang muncul, seperti MU, Delta dan lainnya, Dewi Anggraini menyatakan, virus itu mikro organisme sederhana dan simpel, sehingga sangat mudah bermutasi.
"Jadi seperti influenza. Kalau virus mutasi ini bisa lebih infeksius dan bisa gampang mati. Tapi yang berbahaya itu infeksius, lebih gampang menular dan lebih berat gejalanya bagi orang terpapar. Sedangkan penyebab virus ini mutasi karena virus ingin bertahan hidup," paparnya.
Lebih lanjut Dewi menjelaskan, dalam pemeriksaan Covid-19 maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien dan tingkat keparahannya).
"Jadi apakah pasien tersebut benar terapapar Covid-19 atau tidak. Itu dapat dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan di Labor yang kita sebut real time PCR. Karena Covid-19 ini tidak bisa tumbuh di medium biasa di labor, maka harus dengan medium khusus. Makanya kita harus periksa bagian virusnya yakni asam nukleat. Itu yang diperiksa di Labor Biomol," paparnya.
"Jadi dari pemeriksaan itu, sehingga kita bisa mengetahui pasien tersebut menderita Covid-19 atau tidak. Jadi tidak ada istilah yang beredar di Covid kan.Karena semua berdasarkan pemeriksaan laboratorium," sambungnya.
Kemudian dari segi mikrobiologi dalam pencegahan penularan Covid-19, sebut dr Dewi, tentu harus menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Jika di rumah sakit harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lebih lengkap.
"Karena Covid-19 sangat mudah menular dari satu orang ke banyak orang, sebab Covid-9 ini mirip dengan flu. Makanya virus ini berkembang terus di seluruh dunia. Untuk itu kita tetap waspada dan disiplin protokol kesehatan," imbuhnya.
Selain disiplin protokol kesehatan, sebut dr Dewi, untuk mencegah penularan bisa dengan vaksinasi. Sebab vaksin itu upaya manusia membuat antibodi.
"Artinya kita bisa memproduksi pasukan yang bisa melawan penyakit. Sehingga ketika kita sudah dimasukan virus/antibodi tapi tidak menjadi sakit, maka ketika kita terkena sakit Covid-19, maka sakitnya tidak terlalu berat. Karena di dalam tubuh kita sudah terbentuk antibodi," jelasnya.(adv/sol)