PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Menyikapi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), para pelaku usaha terutama usaha pariwisata harus mempunyai beberapa skenario.Hal itu disampaikan, pengamat pariwisata yang juga dosen Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, Riyono Gede Trisoko.
Riyono mengungkapkan ada beberapa skenario yang harus dilakukan. Skenario yang pertama yaitu cara yang paling mudah adalah ikut menaikkan harga. Jika telah menaikkan harga maka banyak analisa yang harus dilakukan seperti market.
"Siapa kekuatan market kita. Kekuatan market itu seperti contoh daya belinya. Kelompok market kita jangkauan ekonominya kelas apa. Kemudian, karakter produk yang bisa menjadi alasan kita untuk menaikkan harga. Itu juga harus menjadi pertimbangan," ujar Riyono, Ahad (11/9).
Kemudian, jika tetap mempertahankan harga, kemungkinan yang harus dilakukan itu adalah melakukan efisiensi yang sangat keras dalam arti harus mengetahui bangsa pasar itu bagaimana.
"Kalau dinaikkan harga apakah mempersulit atau tidak untuk kita mencari pengunjung atau daya beli baru. Ini perlu disikapi pemahaman terhadap karakter pasar. Kemudian harus memilih kepada bagaimana kita mengembangkan produk atau mencari produk tambahan yang tentunya lebih efisien. Dalam arti tidak mengandalkan kepada kekuatan hal-hal yang mendukung operasional yang lebih tinggi," kata mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Taman Rekreasi Riau itu.
Lebih lanjut dikatakannya, apa itu hal-hal mendukung operasional yang lebih tinggi yaitu seperti sewa, kemudian model pembangunan, mengakali perbaikan-perbaikan. Itu hal-hal yang harus disikapi. Dengan dua hal ini kita perhatikan dalam waktu 2 bulan sampai dengan 3 bulan ke depannya.
"Mengapa dalam 2-3 bulan ke depan karena titik di bulan Oktober-November itu cenderung biasanya angka kunjungan pariwisata itu rendah. Oleh karena banyak pelaku usaha cenderung dia akan bertahan. Kemungkinan kalau pun naik itu di akhir tahun. Jadi menggunakan momen akhirnya tahun sebagai indikator menaikkan harga," terangnya.(dof)