PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Orasi yang menonjol selama aksi massa Aliansi Mahasiswa Riau di depan gedung DPRD Riau adalah kontradiksi Riau sebagai daerah penghasil minyak bumi terbesar dan pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Beberapa orator secara bergantian menyampaikan kontradiktif dengan kondisi langkanya solar dan mahalnya minyak goreng di Bumi Lancang Kuning, akhir-akhir ini.
Seperti rencana awal, massa mahasiswa menitikberatkan aksi unjuk rasa pada harga minyak goreng dan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) solar. Mahasiswa juga menyinggung soal rencana pemerintah akan menaikkan harga BBM dan juga rencana menghapus BBM subsidi jenis pertalite.
Menurut mahasiswa, fenomena akhir-akhir ini terjadi sungguh menampar dengan keras tepat di wajah Riau. Selalu dielu-elukan dengan istilah di atas minyak di bawah minyak, kondisi yang diderita masyarakat Riau akhir-akhir ini menurut salah seorang orator sangat memalukan dan tidak pantas menjadi derita masyarakat Riau.
"Di atas minyak, di bawah minyak. Tapi minyak goreng mahal, solar langka. Berapa banyak HGU kebun sawit, berapa luas lahan yang dikuasai korporasi untuk perkebunan sawit, berapa banyak PKS, berapa banyak barel dipompa dari perut bumi Riau ini. Kenapa minyak goreng mahal, mengapa solar langka? Kita sudah dibodoh-bodohi, rakyat kita sudah dibodoh-bodohi," ungkap seorang mahasiswa yang diberi kesempatan berorasi sambil menunjuk ke arah Gedung DPRD Riau.
Orator lainnya juga membahas bagaimana masyarakat Riau selama puluhan tahun menghadapi konflik agraria dengan korporasi. Ada ribuan petani juga menjadi korban dalam konflik tersebut. Hal ini semakin mengecewakan mahasiswa karena kini minyak goreng yang menjadi salah satu industri hilir korporasi perkebunan itu harus dibeli mahal oleh masyarakat dan para petani Riau.
"Komoditas utama Riau pertambangan dan perkebunan. Namun ribuan petani harus berhadapan dengan korporasi karena konflik yang terjadi. Setidaknya ada 5.000 keluarga petani yang dikriminalisasi karena konflik agraria akibat berhadapan dengan korporasi," ujar orator di tengah sayup-sayup kendaraan dan suara kawan-kawannya.
Massa menuntut agar pemerintah agar sesegera mungkin menyelesaikan berbagai konflik agraria yang terjadi, khususnya di daerah Riau yang didominasi terjadi pada perkebunan sawit. Sementara itu, koordinator aksi dari Universitas Muhammadiyah Riau Ahmad Zikri menuntut agar pemerintah menjaga stabilitas kebutuhan harga bahan pokok yang dinilai sudah mulai tidak terkendali.
"Bahkan-bahan pokok sekarang semuanya naik. Bukan hanya minyak goreng yang langka. Dan juga harganya mahal karena bulan puasa ini kan semua bahan pokok naik, baik itu beras dan lainnya," ujarnya.
Perkiraan jumlah mahasiswa yang membuat panjang Jalan Jenderal Sudirman tersebut mencapai 2.800 orang. Hal ini merupakan estimasi kasar dari jumlah perguruan tinggi yang hadir se-Riau dan jumlah mahasiswa rata-rata yang dihimpun korlap masing-masing.
Namun Koordinator Utama Aksi Massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Riau ini, Sandi Purwanto, malah mengklaim mahasiswa yang hadir pada kisaran 5 ribu orang. "Alhamdulillah sudah sesuai (harapan), tapi tentu masih pembahasan untuk mencapai hasil akhir tuntutan yang diberikan, begitu juga evaluasi yang harus dibahas dalam gerakan. Untuk perkiraan massa saya kira tadi 5-6 ribu. Ini juga gejolak massa yang besar dari estimasi kami," ujar Sandi.
Sandi bersyukur, selain segala tuntutan yang telah disusun semua mahasiswa dari perguruan tinggi yang ambil bagian tersampaikan. Apalagi Pimpinan DPRD Riau bersedia hadir dan turun menemui mahasiswa. Namun yang paling disyukuri mahasiswa adalah aksi massa kemarin berjalan damai sesuai harapan tanpa ada aksi anarkistis sedikitpun.
"Perlu dan patut disyukuri tidak ada yang anarkis, dan ini adalah salah satu unsur aksi tentunya yang diinginkan untuk sampai pada substansi. Tentunya kondisi seluruh massa aksi bisa menyampaikan hal yang sama bahwa kita yang turun adalah aktor intelektual," kata Sandi.
Sandi juga menyebutkan, Untuk tuntutan sudah jadi bagian bahan kawan-kawan orator dan klimaks pada tuntutan akhir kemarin. Tuntutan yang disampaikan para orator yang naik mimbar bebas dengan pengeras suara kemarin itu, menurut Sandi, bukan ocehan kosong belaka.
"Kami kaum intelektual, tuntutan yang disusun melalui kajian. Untuk evaluasi secara jelas kita akan bahas keseluruhan dari awal aksi hingga sampai pada titik akhir terkait konsep yang disepakati maupun teknis," ungkapnya.
Pantauan Riau Pos, seluruh kampus besar di Riau seperti Unri, UIN Suska Riau, UIR, Unilak hingga Umri ambil bagian dalam aksi. Semua kampus besar ini mewakilkan oratornya untuk menyampaikan tuntutan.
Begitu juga sejumlah perguruan tinggi lainya di Pekanbaru seperti sejumlah sekolah tinggi di Pekanbaru lainnya. Beberapa perguruan tinggi dari luar Pekanbaru terlihat. Sebut saja Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang berbasis di Kota Bangkinang, para mahasiswanya juga terlihat di lokasi demonstrasi.
Sebabkan Macet, Ambulans dan Damkar Sempat Terjebak
Ribuan massa mahasiswa menyesaki Jalan Jenderal Sudirman di sekitar Purna MTQ Pekanbaru sejak pukul 14.00 WIB siang itu. Mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi ini memarkirkan kendaraan mereka sepanjang jalur lambat di depan pintu masuk Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji Pekanbaru tersebut. Puncak kepadatan jalan terjadi ketika rombongan besar konvoi mahasiswa Unri yang tiba dari Jalan Arifin Ahmad.
Dua bus penuh sesak dan ratusan kendaraan roda dua langsung melaju pelan ke arah Kantor DPRD Riau. Seketika lautan mahasiswa menutupi dua jalur Jalan Jenderal Sudirman. Hal ini menyebabkan macet panjang, mulai dari Persimpangan Jalan Arifin Achmad hingga ke Pasar Dupa atau di seberang Rumah Sakit Awal Bros.
Macet akut sempat terjadi hampir setengah jam, terutama lalu lintas dari arah bandara ke pusat kota. Hal ini terjadi ketika rombongan besar mahasiswa tiba dan konsentrasi massa di depan purna-MTQ di sisi berlawanan, langsung membentuk barisan mulai berjalan kaki ke lokasi demo, depan Kantor DPRD Riau.
Tepat pukul 14.55 WIB lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman pada jalur mengarah ke pusat kota macet total. Bahkan banyak pesepeda motor memutar balik kendaraan dengan melawan arah lewat trotoar. Di sinilah momen di mana satu unit ambulans yang sedang membawa pasien terjebak macet. Datang dari arah Jalan Arifin Ahmad dengan tujuan pusat kota, ambulans ini beberapa menit terhambat macet.
Sirine ambulans yang terus berbunyi tidak mampu memberi jalur pada ambulans. Dua sepeda motor yang mengawal di depan juga tidak mampu membuka jalur maju. Karena puluhan mobil bertumpukan di depan, yang lebih dulu terjebak macet, tidak lagi bisa bergeser. Padahal sepeda motor sudah banyak yang memanjat trotoar. Setelah sekitar 15 menit baru ambulans itu hilang dari pandangan wartawan.
Tidak lama setelah itu, giliran mobil pemadam kebakaran (Damkar) yang terhambat macet. Mobil besar dan sirine yang jauh lebih keras itu datang dari arah pusat kota menuju arah Bandara Sultan Syarif Kasim II. Lanjut mobil berwarna merah ini terhambat barisan mahasiswa yang bergerak jalan kaki menuju Kantor DPRD Riau. Hanya saja, mahasiswa dengan mudah bergeser, hingga damkar akhirnya bisa melaju.
Pantauan Riau Pos, rombongan longmarch terakhir tiba lokasi utama aksi massa sekitar pukul 15.35 WIB. Mereka merupakan rombongan mahasiswa Unri yang diikuti rombongan kecil mahasiswa UIN Suska Riau. Rombongan terakhir ini tiba dari arah Persimpangan Jalan Jenderal Sudirman-Arifin Achmad. Mereka memutar untuk masuk menuju depan Gedung DPRD Riau yang mengitari u-turn di bawah flyover Sudirman-Imam Munandar dengan berjalan kaki.
Sepanjang Jalan Jenderal Sudirman saat itu, penuh dengan kendaraan. Banyak karyawan dan pekerja di sepanjang Jalan Sudirman menuntut aksi jalan kaki mahasiswa. Kendaraan para mahasiswa, hampir semuanya sepeda motor, tidak hanya parkir di sekitar titik temu mahasiswa di jalur lambat depan purna-MTQ. Tapi ada ratusan kendaraan juga terlihat parkir di sepanjang Jalan Sudirman pada sisi berlawanan.
Parkir kendaraan bertumpuk-tumpuk di beberapa tempat hingga seberang Kantor DPRD Riau. Parkir kendaraan terbanyak, selain di jalur lambat depan purna-MTQ, juga berada di halaman maupun depan Gedung Juang 45. Jejeran parkir kendaraan mahasiswa juga terlihat hingga menjelang Simpang Masuk Pasar Dupa, tidak jauh dari seberang RS Awal Bros.
Setelah massa mahasiswa ditemui Pimpinan DPRD Riau dan tuntutan tertulis mereka diterima, para mahasiswa sepakat membubarkan diri secara teratur. Massa mahasiswa mulai meninggalkan lokasi utama aksi unjuk rasa sekitar pukul 18.00 WIB. Tidak sedikit yang masih bertahan di sekitar Jalan Jenderal Sudirman di lokasi demo untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Mahasiwa Bengkalis juga Gelar Aksi
Aksi demo serentak yang digelar secara nasional, juga dilakukan oleh mahasiswa di Kabupaten Bengkalis di depan Kantor Bupati Bengkalis, Jalan A Yani, Senin (11/4). Sebelum menggelar aksi, mereka melakukan longmarch dari Lapangan Tugu dan berjalan kaki menuju kantor Bupati dan dikawal tetat oleh petugas keamanan.
Ratusan mahasiswa yang berasal dari mahasiswa Polteknik Negeri Bengkalis (Polbeng) dan Aliansi Mahasiswa Bengkalis, paguyuban mahasiswa di antaranya HPMR, Hima Rutra, IPMKS dan mahasiswa yang tegabung dalam organisasi Cipayung plus di antaranya SEMMI, HMI, Hima Persis sambil membawa spanduk, famplet dan juga pengeras suara.
Dalam orasinya, mahasiswa menuntut dan mendesak kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan DPRD Bengkalis agar mengoptimalkan harga dan menjaga ketersediaan bahan pokok serta menyelesaikan persoalan bahan pangan di Kabupaten Bengkalis.
Mereka juga menuntut dan mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan harga bahan bakar minyak (BBM). Mahasiswa juga menyampaikan, agar Pemkab Bengkalis dan DPRD menolak kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) oleh Pemerintah Pusat.
"Kami mendesak agar pemerintah dan dewan menstabilkan harga minyak dan kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat. Karena saat ini masyarakat yang tertekan dengan mahalnya barang kebutuhan pokok mereka menjadi susah," ujar Koordinator Umum Aliansi Mahasiswa Polbeng Menggugat, Alif Ardila Asa Uskita dalam orasinya dihadapan pejabat Bengkalis.
Dalam orasinya mahasiswa juga mendesak, agar Presiden menolak dengan tegas jabatan Presiden tiga periode. Juga mendesak Presiden bersikap tegas dan memberi sanksi kepada menteri-menterinya dan mendesak agar Presiden menstabilkan harga dan persediaan bahan pokok pangan, serta usut tuntas mafia minyak goreng.
"Kami mendesak agar Pemkab Bengkalis menstabilkan harga minyak goreng serta menjamin ketersediaan bahan bakar minyak di Pulau Bengkalis. Kami juga mendesak agar DPRD Bengkalis melanjutkan atau meneruskan tuntutan tersebut ke DPR RI," ujarnya.
Sedangkan Muji Riski Ketua Umum PC PMII Kabupaten Bengkalis yang membacakan tuntutan mahasiswa dihadapan Bupati Bengkalis Kasmarni dan Ketua DPRD Bengkalis Khairul Umum serta pejabat lain, meminta pemerintah meneruskan aspirasi mereka ke pemerintah pusat. Teruatama persoalan langkanya BBM jenis solar dan minyak goring yang harganya selangit.
"Kami minta ini disampaikan ke pemerintah pusat, agar tuntutan masyarakat kabupaten Bengkalis disampaikan ke pusat. Bahkan kami juga meminta kepada Pemkab Bengkalis melihat kondisi masyarakat yang kesusahan saat ini," ujarnya.
Disebutkannya, Aliansi Mahasiswa Dema STAIN Bengkalis, Cipayung dan Paguyuban se-Kabupaten Bengalis menuntut dan mendesak pemerintah untuk menormalkan harga bahan pokok dan juga BBM. Tuntutan mereka sama dengan yang disampaikan oleh mahasiwa Polbeng.
Sedangkan Bupati Bengkalis Kasmarni yang menerima ratusan pengunjuk rasa mengungkapan, pihaknya menyadari masih banyak kekurangan, karena dalam membangun kesejahteraan ini tidak seperti membalikkan telapak tangan, tentu melalui beberapa tahap.
Namun demikian, Pemkab Bengkalis tetap berusaha sekuat tenaga memberikan dan membuat sebuah kebijakan. "Terima kasih atas tuntutan yang disampaikan oleh adik-adik mahasiswa dan ini bukan dialami oleh masyarakat Kabupaten Bengkalis saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Kasmarni juga meminta, kepada seluruh pihak untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik, agar masyarakat tidak kesusahan dalam memperoleh terutama bahan pokok kebutuhan masyarakat. "Pemkab Bengkalis juga sudah melakukan beberapa upaya yang pertama melakukan kerja sama dengan Bulog untuk menyediakan bahan pokok khusus untuk Kabupaten Bengkalis. Kami mengajak mari kita sama-sama mengawal kebijakan yang dikeluarkan sehingga kita bisa tahu dan bisa mencari solusi di mana letak kesalahannya," ujar Kasmarni.
Aksi ratusan mahasiswa ini juga dikawal ketat dari Polres Bengkalis dan Satpol PP. Sedangkan aksi ke Jalan Ahmad Yani depan Kantor Bupati Bengkalis juga ditutup, sehingga masyarakat yang akan menggunakan jalan tersebut harus mencari alternatif lain.
Ricuh setelah Mahasiswa Bubar, Ade Armando Jadi Korban
Sementara itu, Demonstrasi di depan gedung DPR RI berakhir ricuh. Kerusuhan itu terjadi setelah massa dari mahasiswa membubarkan diri. Dosen Universitas Indonesia Ade Armando menjadi korban amukan massa dalam kericuhan itu. Pelaku adalah sekelompok orang yang diduga menunggangi aksi unjuk rasa itu.
Aksi demonstrasi awalnya berlangsung tertib. Pantauan Jawa Pos (JPG), massa dari mahasiswa mulai berdatangan sekitar pukul 13.00. Mereka pun berkumpul di depan gerbang utama Jalan Gatot Subroto. Mahasiswa kemudian memasang berbagai sepanduk di gerbang dan pagar besi kompleks parlemen, Senayan. "Masa jabatan itu bukan sembako yang terus naik", "Rakyat bangkit melawan", "Onlyfans cepat, mafia minyak lama", dan sejumlah tulisan yang mengkritik kebijakan pemerintah. Selanjutnya, perwakilan mahasiswa bergantian menyampaikan orasi di atas mobil komando. Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi.
Mereka menuntut agar DPR dan pemerintah tidak melakukan amendemen konstitusi untuk memperpanjang masa jabatan presiden. Mahasiswa juga menuntut agar pemerintah menurunkan harga kebutuhan pokok, khususnya minyak goreng yang mahal. "Menteri perdagangan berjanji menangkap mafia minyak goreng, tapi sampai sekarang tidak ditangkap," teriak salah satu orator.
Mahasiswa pun meminta agar perwakilan pimpinan DPR menemui mereka. Mahasiswa juga mulai mendorong dan menggoyang pintu gerbang. "Dorong terus teman-teman mahasiswa," seru salah satu orator. "Mana Puan Maharani, mana Puan Maharani?" teriak mahasiswa yang lain.
Sekitar pukul 14.30, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Rachmat Gobel, Lodewijk Freidrich Paulus, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menemui para pengunjung rasa. Mereka berempat naik ke atas mobil komando.
Sekitar pukul 15.30, JPG melihat Ade Armando bersama tiga rekannya yang mengenakan pakaian serba hitam mendatangi pintu gerbang DPR. Di saat kondisi panas, Ade Armando terlibat adu mulut dengan massa aksi. Mereka menyebut Ade sebagai buzzer, munafik, dan penjilat. Ade tidak terima.
Tiga anak muda yang menemani Ade mengajak dosen UI itu untuk menjauh. Tapi, sejumlah orang melemparinya, kemudian memukulnya dan menendangnya bertubi-tubi. Bahkan, ketika sudah tidak berdaya, mereka tetap memukulnya. Ade pun terjatuh dengan wajah lebam dan berdarah. Mereka juga melorot celana Ade, sehingga pria itu hanya tinggal mengenakan celana dalam. .(end/nda/bay/lum/ksm/idr/tyo/ygi/das)
Laporan TIM RIAU POS dan JPG, Pekanbaru dan Jakarta