PERAJIN ROTAN BERHARAP BANTUAN PEMERINTAH

Perlu Regenerasi yang Punya Keahlian

Pekanbaru | Selasa, 19 Maret 2019 - 13:50 WIB

Perlu Regenerasi yang Punya Keahlian
ROTAN: Berbagai anyaman dari rotan terpajang di salah satu kedai kerajinan rotan di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, Senin (18/3/2019).

Untuk harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung ukuran. Selain itu juga tergantung setiap kedai. Sugianto menawarkan harga keranjang buah kepada pembeli dengan patokan kecil seharga Rp 20 ribu,  sedang seharga Rp 25 ribu dan besar seharga Rp 35 ribu. Sementara untuk harga satu set meja makan yang di dalamnya terdapat 6 kursi dan satu meja beserta kaca.

“Satu kursi Rp400 ribu, sedangkan meja dan kaca Rp1,2 juta,” ucapnya.

Baca Juga :Thailand Kesulitan Mencari Pengganti Sosok Dangda

 Sugianto menambahkan bahwa yang sering laku keranjang motor  yang diproduksi dari orang lain  yakni Rp170 ribu. Keranjang bayi kecil Rp300 ribu dan panjang Rp 350 ribu.

Tahun 2004 lalu, Sugianto mendapat dapat bantuan dari BUMN. Diceritakannya pihak BUMN berbelanja, lalu dikasih murah. Kemudian pihak BUMN tersebut tertarik untuk membantunya. Akhirnya dibantu pendanaan.

“Syarat surat keterangan usaha dan jaminan atau surat keterangan lain. Dulu saya mengajukan Rp20 juta. Dan disetujui dan dimodalin bahan baku dan gajian untuk borongan dan harian. Sampai peminjaman kedua kali Rp40 juta. Sejak 2005 sudah punya tiga kedai, yakni cabang kedua  pada 2005 dan cabang ketiga 2010. Tapi sekarang tinggal dua kedai lagi,” paparnya.

Bahan baku yang didapat dari Sumbar terus meningkat dan harus dibayar lunas, serta susah mendapatkannya. “Sejak 10 tahun terakhir para pengusaha di Pekanbaru sudah mengkombinasikan dengan kayu,” ucapnya.

Omzet per bulan, diceritakan Sugianto, bisa mencapai Rp12 juta- Rp15 juta saat sedang sepi. Saat ramai bisa mencapai Rp20 juta-Rp30 juta.

“Para pembeli masih dari Pekanbaru. Bukan karena tidak ada yang memesan dari luar kota. Ke Batam aja susah. Namun, transportasinya yang susah. Harus nunggu kapal terisi penuh. Jika tidak barang belum diberangkatkan. Kecuali ke Duri atau ke Dumai itu bisa cepatlah,” jelasnya.

Sugianto juga menceritakan awal mula perajin anyaman itu ada sejak 1970 di Jalan Pedagang. Kemudian pindah ke Yos Sudarso pada 1997 saat Jembatan Siak 1 bisa digunakan. Di Yos Sudarso sekitar 20 kedai. Dia berharap, agar sekiranya ada pelatihan untuk para perajin ataupun penyuka kerajinan.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook