Untuk harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung ukuran. Selain itu juga tergantung setiap kedai. Sugianto menawarkan harga keranjang buah kepada pembeli dengan patokan kecil seharga Rp 20 ribu, sedang seharga Rp 25 ribu dan besar seharga Rp 35 ribu. Sementara untuk harga satu set meja makan yang di dalamnya terdapat 6 kursi dan satu meja beserta kaca.
“Satu kursi Rp400 ribu, sedangkan meja dan kaca Rp1,2 juta,” ucapnya.
Sugianto menambahkan bahwa yang sering laku keranjang motor yang diproduksi dari orang lain yakni Rp170 ribu. Keranjang bayi kecil Rp300 ribu dan panjang Rp 350 ribu.
Tahun 2004 lalu, Sugianto mendapat dapat bantuan dari BUMN. Diceritakannya pihak BUMN berbelanja, lalu dikasih murah. Kemudian pihak BUMN tersebut tertarik untuk membantunya. Akhirnya dibantu pendanaan.
“Syarat surat keterangan usaha dan jaminan atau surat keterangan lain. Dulu saya mengajukan Rp20 juta. Dan disetujui dan dimodalin bahan baku dan gajian untuk borongan dan harian. Sampai peminjaman kedua kali Rp40 juta. Sejak 2005 sudah punya tiga kedai, yakni cabang kedua pada 2005 dan cabang ketiga 2010. Tapi sekarang tinggal dua kedai lagi,” paparnya.
Bahan baku yang didapat dari Sumbar terus meningkat dan harus dibayar lunas, serta susah mendapatkannya. “Sejak 10 tahun terakhir para pengusaha di Pekanbaru sudah mengkombinasikan dengan kayu,” ucapnya.
Omzet per bulan, diceritakan Sugianto, bisa mencapai Rp12 juta- Rp15 juta saat sedang sepi. Saat ramai bisa mencapai Rp20 juta-Rp30 juta.
“Para pembeli masih dari Pekanbaru. Bukan karena tidak ada yang memesan dari luar kota. Ke Batam aja susah. Namun, transportasinya yang susah. Harus nunggu kapal terisi penuh. Jika tidak barang belum diberangkatkan. Kecuali ke Duri atau ke Dumai itu bisa cepatlah,” jelasnya.