KEHIDUPAN SEKITAR KAMPUS IKUT MATI SURI

Hanya Titip Barang, Bayar Kos Separuh

Pekanbaru | Senin, 08 Maret 2021 - 10:24 WIB

Hanya Titip Barang, Bayar Kos Separuh
Mahasiswa Paska Sarjana Universitas Riau didamping orang tua dengan gunakan dawai ikuti prosesi wisuda secara daring dirumahnya di Pekanbaru,Riau, Rabu (24/2/2021). (MHD AKHWAN/RIAUPOS.CO)

Pemandangan berbeda terlihat di sekitar lapangan bola Jalan Buluh Cina, Pekanbaru. Biasanya di sekitar itu ramai dijumpai pedagang kaki lima. Beragam jajanan pun dapat dijumpai seperti jajanan anak-anak yakni telur gulung, bakso bakar, dan lainnya. Begitu pun dengan es kekinian. Tapi sekarang semuanya tampak berbeda.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI (Pekanbaru)


DI masa aktif kuliah, jalan ini kerap macet. Ribuan mahasiswa melewati Jalan Buluh Cina dari arah Jalan Garuda Sakti. Terlebih saat hari wisuda. Pihak keamanan kampus sangat disibukkan mengatur lalu lintas kendaraan yang keluar masuk jalan ini.

Jika maju lagi ke dalam, banyak ruko yang menjual alat tulis, warnet, tempat foto kopi, tempat makan, ponsel, dan lainnya. Tempat-tempat itu sengaja tersedia agar para mahasiswa mudah berbelanja ataupun memenuhi keperluan lainnya. Belum lagi gang-gang kecil menuju kontrakan atau kos-kosan tempat mahasiswa tinggal sementara di perantauan.

jak pandemi Covid-19. Virus ini membuat dunia perkuliahan di sekitar kampus ikut berubah. Dahulu mahasiswa berbondong-bondong menuju kampus untuk menuntut ilmu, kini mahasiswa cukup membuka layar gadgetnya dari rumah, atau dari tempat mana pun yang terjangkau jaringan internet.

Hal ini berimbas pada para pengusaha yang mencari rezekinya di sekitar kampus UIN Suska Riau. Para pedagang kaki lima, rumah makan ampera, jasa foto kopi, hingga kos dan kontrakan, serta lainnya dipaksa menghadapi kenyataan pahit tersebut. Beberapa di antaranya tetap bertahan. Yang lainnya menutup ruko, tulisan-tulisan "disewakan", "dikontrakkan", lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi terpampang di mana-mana. Yang lainnya harus membanting setir, beralih ke usaha lain, sembari berharap perkuliahan di kampus kembali berjalan seperti biasanya.

Salah satu penjaga kos Amri mengatakan, kos-kosan yang dijaganya sudah sepi sejak perkuliahan dilakukan secara daring. Hanya tinggal beberapa mahasiswa tingkat akhir. Kebanyakan mahasiswa memilih mengangkut barang-barangnya dan kembali ke kampung halaman untuk menghemat biaya. Ada juga yang menyewa kos hanya untuk menyimpan barangnya.

"Sudah sangat sepi. Ada mahasiswa akhir. Ada juga yang nge-kos barangnya saja dan hanya bayar separuh," kata Amri.

Penyedia kos lainnya Guslinda mengatakam hal serupa. Bahkan kos-kosan miliknya sudah ditinggalkan penyewa. Ia juga menuturkan, keadaan ini dialami oleh semua penyedia kos di sekitar UIN Suska Riau.

"Mereka memilih pulang, karena belum dipastikan kapan masuk. Ya mereka bawa pulang barang-barangnya juga. Hampir semua kos kayak gitu," ujarnya.

Guslinda berharap, perkuliahan kembali berlangsung seperti dulu lagi, sehingga perekonomian masyarakat di sekitar kampus bisa berputar dengan baik.

"Sekarang kan tempat wisata sudah dibuka, anak-anak sekolah juga sudah masuk, semoga anak kuliah juga segera masuk," harapnya.

Tak hanya kos-kosan, menilik Jalan Buluh Cina lebih dalam lagi, satu deretan ruko bertingkat terlihat tutup. Di sana ada tiga ruko khusus minimarket ternama, kemudian studio foto, lanjut ke warnet, laundry dan lainnya. Hanya terlihat satu warung makan ayam penyet yang masih buka.

Kepada Riau Pos, pemilik warung makan Bambu Kuning, Nurhayati mengatakan, pihaknya sempat mengalami penurunan omzet secara drastis per harinya. Dari 70 ekor ayam per hari jadi 10 atau 15 ekor per hari. Dilanjutkan wanita asal Lampung ini, warung makan tersebut buka setiap hari dari pagi hingga semuanya habis. "Biasanya siap asar dah habis," tuturnya.

Dikatakan Nurhayati, sejak adanya pandemi ini, aktivitas di warung makannya itu sangat lengang. Tentu saja hal itu membuat usaha keluarga ini menjadi lesu. Pihaknya pun hanya mempekerjakan satu karyawan dibantu dengan anggota keluarga.

"Kita kemarin juga sempat tutup juga. Mahasiswa pada pulang semua. Jadi kami tutup sementara waktu dan pulang kampung," ujarnya.

Dikatakan Nurhayati, sejak dua bulan terakhir tempat usahanya perlahan merangkak naik. Dia mulai bisa menjual sebanyak 20 ekor ayam per hari. Untuk bertahan, ia menaikkan harga menu sekitar Rp1.000.

Hal yang tak kalah penting dari mahasiswa yang menuntut ilmu di kampus Islam itu yakni tempat print dan foto kopi. Meski banyak rekan seperjuangan yang menutup usahanya, beberapa di antara mereka masih bertahan.

Pemilik Foto Kopi Aprila menuturkan, ia masih membuka usahanya. Kendati demikian, ia tidak memungkiri, jika akibat pandemi virus asal Wuhan, Cina ini membuat omzet tokonya menurun drastis. Biasanya pihaknya bisa mendapatkan omzet Rp2 juta dalam sehari, namun kini hanya sekitar Rp700 ribu.

Tempat print dan foto kopi ini buka setiap pukul 06.30 - 22.00 WIB. Diakuinya, saat ini pihaknya tidak menyetok barang, karena konsumen yang datang hanya mahasiswa tingkat akhir saja.

"Paling mahasiswa akhir saja yang sering ke sini," ucap Aprila.

Aprila berharap, perkuliahan tatap muka bisa segera dilaksanakan, agar usaha-usaha yang berada di sekitar UIN Suska Riau dapat kembali hidup seperti saat sebelum pandemi.

"Semoga pandemi segera berakhir, mahasiswa segera masuk kuliah, dan ekonomi di sini berjalan," pungkasnya.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook