KOTA (RIAUPOS.CO) -- Redaksi Riau Pos kembali kedatangan tamu, untuk belajar dunia jurnalistik. Kali ini Madrasah Ibtidaiyah 1 (MIN) Pekanbaru, Kamis (5/12) melakukan kunjungan dengan membawa siswanya yang tergabung dalam majalah dinding (mading) sekolah yang dinamai Minsa.
Para siswa kelas IV, V dan VI itu didampingi oleh guru pendamping bernama Alina SPD, Reni Novita MPdi dan Humas MIN 1, Eva Diana SP MPdi dan Sugianto SPd.
"Kru Mading Minsa terdiri dari kelas IV, V dan VI. Kedatangan kami untuk belajar jurnalistik dan memahami tatacara pengolahan berita yang benar," sebut Sugianto. Ia pun sempat bertanya, trik jitu mengatasi kejenuhan membuat berita.
Kedatangan siswa MIN 1 disambut hangat Manajer Ekonomi Kreatif Riau Pos Syahrul Mukhlis. Ia yang sudah 10 tahun di Riau Pos pun menceritakan secara gamblang pembuatan berita, baik dari mengemas berita, pencarian sumber berita, penulisan berita, layak dimuat dan dibaca khalayak ramai.
"Dalam hal berita tentunya diatur dalam rumus 5W+1H. Who tag dalam bahasa Indonesianya berarti siapa harus diutamakan. Carilah siapa dari sudut pandang berbeda, supaya berita itu menarik," jelasnya yang berlatar belakang jurusan jurnalistik di UMM.
Syahrul mengumpamakan, seorang anak tertangkap polisi karena menjadi pengedar narkoba. Tentunya, supaya berita itu menarik caranya dengan mewawancarai orangtuanya, apakah orangtuanya tau atau tidak dan bagiamana bisa hal itu terjadi serta masih banyak lagi.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, menurutnya membuat seseorang beralih fungsi tentang tatacara berkabar. Katanya lagi, jika dulu menggunakan surat kabar yang memakai perangko kini dengan mudahnya berkabar dengan media sosial.
"Dulu jika menggunakan perangko bisa sampai satu bulan, sekarang tanya kabar bisa langsung dijawab dalam satu detik," sebutnya.
Dikatakannya, jika dulu ada sahabat pena kini adanya sahabat media sosial baik twitter instagram, facebook dan lain sebagainya.
Dengan demikian, meski perkembangan teknologi sudah maju, Riau Pos tetap masih cetak dan di distribusikan ke daerah - daerah. "Cetak masih menjadi produk utama Riau Pos sebab masih dicari. Bukan berarti Riau Pos tidak memakai digital. Justru sudah merambah ke digital seperti Riaupos.co selain itu media sosial pun dirambah oleh Riau Pos," terangnya.
Pertanyaan muncul dari Kru Minsa bernama Safira. Katanya, jika sekarang itu mengirim pesan melalui medsos dan koran tidak lagi diminati, apakah tetap ke koran atau beralih? Lalu bagaimana terkait kabar hoaks?
Syahrul menanggapi, seperti dijelaskan sebelumnya, cetak tetap masih dicari dan Riau Pos masih tetap cetak. Seharinya mencapai 10 ribu eksemplar. Kemudian baik pemerintah, sekolah dan instansi tetap mencari koran. "Alasan terkuat sebab di cetak tak bisa dihapus," ujarnya.(*3)