CATATAN PINGGIR KEPARIWISATAAN (BAGIAN 7)

Godaan Wisatawan Pascapandemi

Pekanbaru | Rabu, 06 Juli 2022 - 12:26 WIB

Godaan Wisatawan Pascapandemi
Mas Yono (ISTIMEWA)

Hiruk pikuk tumbuh dan ber­kembangnya pariwisata pascapandemi telah menciptakan suasana ephoria terhadap kebutuhan berwisata. Hal ini terlihat dari maraknya berbagai kegiatan kepariwisataan yang diunggah di media sosial.

 


Peristiwa seperti ini dapat terjadi godaan dari FoMO, first of Missing Out, yang mana ini menegaskan dorongan orang untuk merespon mulai dari  menonton, subcribe, komentar hingga keinginan untuk segera mengikutinya, merupakan sebuah pasar baru, dan inilah yang kemudian yang mereproduksi kepariwisataan semakin menarik dan ramai, sehingga semakin membuka banyak pintu pintu rezeki, kegiatan perekonomian tentunya.   

Dalam teori sa­ya pada sebuah buku komunikasi kontemporer di Unsoed 2019 menjelaskan fomo itu ternyata sekitar 80 persen mempengaruhi terhadap keputusan orang. Tetapi hanya 20 persen yang menjadi retention.

”Situasi ini terjadi dapat dikatakan sebagai  kajian godaan wisatawan”, kata Mas Yono, barangkali ini dapat menjadi sebuah literasi baru yang bermanfaat. Secara semantik godaan itu mempunyai kata kerja menggoda, karenanya  bersifat sementara, berbeda dengan yang  tergoda dan berhasil digoda. Pengertian bahasa seperti ini dalam konsep sebuah produk perlu dikaji lebih dalam,  mengapa,  karena pada dasar sifat  produk pariwisata itu adalah mudah ditiru, mudah menjadi jamak, dapat berpindah-pindah karena orang lain bisa membuatnya,  hanya saja usianya pendek karena cenderung mengikuti selera atau tren, yang didalam fomo orang bergesa untuk segera menjadi yang pertama agar mendatanginya, oleh Russel diistilahkan sebagai mood.

Tetapi konsep nilai dasar sebuah produk, khususnya dalam pengembangan pariwisata, peristiwa ini bisa menjadi sebuah masalah dikarenakan godaan tidak menciptakan keberlangganan. Karena secara filosofi keinginan itu timbul  menurut Louis Valez sebagai adanya paradigma yang baru potensial. Karenanya pengembangan produk kepariwisataan yang harus dikembangkan itu  harus relevansi dengan keperluan pelanggan, tentunya sesuai dengaan karakter produk yang hendak dibangun.

Roseno dalam RoH revolution of Hope bahkan mengungkapkan bahwa adanya kekuatan rahasia yang tersembunyi dari sebuah produk, sehingga mungkin saja suatu produk itu ditiru tetapi tidak bisa serupa, atau yang dikatakan sebagai unik selling presition.

Karenanya, guna menghindari godaan wisatawan agar tidak berdampak menjadi suatu masalah yang pengelolaan kepariwisataan karena sifat-sifat di atas, maka para pelaku bisnis pariwisata penting untuk memahami ruh dari pada produk yang dikembangnya, baik kuliner, atraksi, service, akomodasi ataupun lainnya.

Ya godaan itu adalah sebuah daya tarik yang perlu dikaji le­bih dalam para pelaku bisnis agar kekayaan dari pada bisnis yang dikembangkannya menjadi sebuah kegiatan dan berlangsung lebih lama.

"Yang perlu kita ingat bahwa teknologi dan pertumbuhan pendapatan atau ekonomi telah membentuk suatu karakter baru di masyarakat yaitu kebutuhan  ingin kenyamanan,  ingin  santai," terangnya.

Itu tidak bisa dipungkiri, godaan-godaan yang muncul semakin besar. Perlu kejelian untuk memastikan hal tersebut. Konsep pelayanan yang harus dipahami dalam memahami sebuah godaan. Pemenuhan godaan adalah sebuah konsep melayani dan meelayani adalah gelombang perjalanan yang tiada henti. "Sekali lagi mari kita jadikan godaan itu sebuah semangat melayani," harapnya.(nto/c)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook