PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Memperingati Hari Raya Waisak 2567 BE yang jatuh pada Ahad (4/6), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Riau minta umat Buddha meneladani cinta kasih sang Buddha, Siddharta Gautama.
Ketua Permabudhi Riau Pdt Md Kurniadi SE MH mengatakan, Tri Suci Waisak hendaknya dijadikan momentum umat untuk meneladani ajaran cinta kasih Sang Buddha. Waisak merupakan sebuah festival yang dirayakan oleh umat Buddha untuk merayakan Buddha Gautama yaitu Guru Agung atau Guru Spiritual pada sekitar abad ke 5 SM.
"Buddha Gautama juga dikenal sebagai Siddharta Gautama yang dilahirkan sebagai guru dan memiliki pemikiran, bahwa kemewahan serta kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang," ujar Kurniadi.
Ia menambahkan, Siddhartha Gautama mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodh Gaya dan pohon tersebut saat ini menjadi tempat bersejarah bagi agama Buddha di India. Buddha Gautama sendiri dikisahkan berkeliling sebagai seorang tunawisma serta belajar bermeditasi selama kurang lebih enam tahun lamanya.
Dalam perjalanan tersebut, sang Buddha selalu belajar serta mempraktikan kehidupan asketisme yaitu sebuah kehidupan tanpa adanya kenikmatan duniawi demi memperoleh keuntungan spiritual.
Usai mendapatkan pencerahan dengan sempurna, Buddha Gautama kemudian mengajarkan pada orang lain untuk menuju pada jalan kebebasan dari segala ketidaktahuan, keluar dari segala nafsu keinginan serta lahir kembali usai penderitaan.
Itu sebabnya, dalam peristiwa Waisak ditandai sebagai tiga peristiwa penting yang terjadi pada sang Buddha Gautama atau Guru Agung bagi umat Buddha.
Tiga peristiwa tersebut ditandai dengan kelahiran sang Buddha Gautama yang berjalan menuju pencerahan sempurna serta keberangkatan sang Buddha. Tiga peristiwa tersebut, kemudian dikenal sebagai Hari Tri Suci Waisak.
Setiap tahunnya, hari raya Waisak jatuh pada tanggal yang berbeda, tetapi umumnya pada bulan Mei atau bergantung pada penandaan kalender Buddha atau Buddhist Era (BE). Ada banyak rangkaian acara yang dilakukan oleh umat Buddha menjelang hari Waisak, contohnya adalah seperti meditasi, kebaktian serta pindapatta. Rangkaian acara tersebut, tentu saja memiliki makna maupun tujuannya masing-masing.
"Sang Buddha telah menyebarkan agama Buddha ke seluruh belahan dunia, akan tetapi di setiap negara, cara perayaan maupun waktu pelaksanaan hari Waisak ini berbeda-beda," katanya.
Meski ancaman Covid-19 telah berkurang, lanjut Kurniadi, umat Buddha diminta merayakan Waisak secara sederhana. Mendatangi Vihara untuk mengucapkan rasa syukur.
Sementara itu, mengenai perayaan Waisak di Pekanbaru, Kurniadi menjelaskan, Permabudhi Riau bersama umat Buddha di Pekanbaru pada tanggal 3 Juni mengikuti pawai Waisak di Jalan Karet dengan peserta diperkirakan ribuan orang. Kemudian Dharmasanti Waisak pada tanggal 10 Juni.
Selain itu, setiap majelis di Permabudhi Riau melaksanakan berbagai kegiatan untuk memeriahkan Tri Suci Waisak, salah satunya Waisak Fair.
Senada dengan Permabudhi Riau, Pembimas Buddha Kemenag Riau, Tarjoko SPd MM menghimbau umat Buddha bisa mensyukuri apa yang telah dilakukan oleh sang Buddha sebagai teladan dan pedoman hidup bagi masyarakat.
"Kita juga bisa mengimani atau melaksanakan ajaran sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari serta ikut serta dalam membangun bangsa," tuturnya.(ayi)