OJK Dorong Pasar Modal Transparan dan Kredibel

Pekanbaru | Jumat, 03 Januari 2020 - 09:59 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan industri pasar modal yang berdaya tahan, efisien, transparan dan kredibel melalui berbagai kebijakan strategis pengembangan pasar modal, Kamis (2/1). 

Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat menyampaikan sambutan pada pembukaan perdagangan saham di tahun 2020 di Bursa Efek Indonesia (BEI). 


Dalam pembukaan perdagangan saham yang dila­kukan oleh Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, anggota Dewan Komisioner OJK dan pelaku Pasar Modal. Mereka mengapresiasi kinerja bursa saham Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan menjaga kepercayaan investor terutama dari praktik-praktik manipulasi harga yang merugikan.

"Perlindungan kepada investor harus ditingkatkan, fraud harus ditindas, ciptakan sistem investasi yang transparan dan valid. Harus membangun ekosistem yang baik karena penting menjaga kepercayaan masyarakat," kata Jokowi. 

Jokowi juga meminta agar tahun 2020 menjadi momentum bagi OJK dan BEI sebagai tahun pembersihan pasar modal dari para manipulator bursa saham.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan ada empat fokus kebijakan di pasar modal, yakni peningkatan pelaksanaan governance yang lebih baik akan memperkokoh kepercayaan investor dan pelaku pasar terhadap pasar modal Indonesia.

"Lalu, meningkatkan peran pasar modal dalam pembiayaan berbagai proyek di sektor-sektor strategis Pemerintah, di antaranya melalui pemberian berbagai insentif kepada para emiten yang bergerak pada pengembangan sektor-sektor strategis Pemerintah dan yang mengedepankan aspek ramah lingkungan" ungkapnya.

Selain itu, Wimboh menuturkan, sebagai upaya meningkatkan jumlah emiten Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), melalui penyederhanaan aturan penawaran umum dan kewajiban transparansi bagi UMKM maupun peningkatan peran perusahaan efek daerah. 

"Dan terakhir untuk membangun ekosistem pasar modal yang lebih dalam. Pengembangan ekosistem pasar modal ini dilakukan, di antara lain melanjutkan pengembangan central counterparty clearing (CCP), memperluas instrumen pasar modal, yang bersifat konvensional, syariah maupun berwawasan lingkungan, seperti project crowdfunding, obligasi daerah, blended finance dan juga project bonds," jelasnya.

Menilik data OJK pada 2019 lalu, meski ekonomi Indonesia terdampak pelambatan ekonomi dunia yang mengakibatkan laju investasi dan ekspansi di sektor riil melemah. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas lima persen dengan tingkat inflasi terkendali dan stabilitas sektor jasa keuangan yang masih terjaga.(*2)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook