PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Universitas Riau (Unri) menyelenggarakan kuliah umum dan bedah buku Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 yang digelar di Gedung M Diah FKIP Unri Kampus Bina Widya, Kamis (30/3) kemarin. Kegiatan yang diikuti oleh ribuan mahasiswa Unri ini secara resmi dibuka Rektor Unri Prof Dr Sri Indarti SE MSi.
Dalam sambutannya, Rektor Unri Prof Dr Sri Indarti SE MSi mengucapkan selamat datang kepada tokoh nasional dan saat ini menjadi pejabat anggota VI BPK RI yaitu Dr Pius Lustrilanang SIP MSi CSFA CFRA untuk memberikan kuliah umum kepada mahasiswa-mahasiswi Unri. Pius juga mengajak mahasiswa tetap kritis kepada kekuasaan dan jika perlu turun ke jalan.
“Adik-adik mahasiswa-mahasiswi kita patut berbangga, bersyukur dan juga berterima kasih karena kita kedatangan tamu yaitu tokoh nasional dan saat ini menjadi pejabat anggota VI BPK RI yang juga sebagai pelaku atau sebagai aktivis pada gerakan politik kaum muda 1993–1999,” ujar Sri Indarti.
Ia mengungkapkan, tentunya ini merupakan momen yang sangat bermanfaat dan sangat ditunggu-tunggu. Karena bagaimanapun kaum muda adalah generasi penerus yang akan meneruskan estafet -estafet kepemimpinan di masa yang akan datang.
Dari kuliah umum dan bedah buku ini nantinya banyak inspirasi yang bisa mahasiswa-mahasiswi petik dalam mengisi kemerdekaan yang ada di depan kita. Apalagi Indonesia akan menghadapi masa emas di 2045. Tentu perlu pemikiran, inisiatif, dan inovasi dari mahasiswa-mahasiswi.
“Adanya kuliah umum dan bedah buku ini nantinya akan menambah wawasan baru kepada mahasiswa-mahasiswi yang dihadiri oleh seribu orang mahasiswa dari seluruh fakultas yang ada di Unri,” katanya.
Ia menuturkan, Unri cukup berbangga kedatangan narasumber aktivis 93-99. Ini merupakan momen yang sangat bermanfaat. Ini merupakan bukti konkret terhadap kemajuan bangsa melalui gerakan demokrasi yang membangun dan visioner.
“Aldera ini merupakan satu ungkapan sejarah yang dilakukan oleh pemuda dalam rangka memperjuangkan proses demokratisasi sebagai satu bentuk perjuangan yang dilakukan oleh para pemuda tahun 1993 sampai 1999,” terangnya.
Ditambahkannya, dengan diselenggarakannya kegiatan ini, akan menjadi kesempatan bagi mahasiswa sebagai generasi muda untuk memahami lintasan sejarah perjuangan para pemuda pada masa tersebut untuk menyambut estafet demokrasi.
Di hadapan mahasiswa, Dr Pius Lustrilanang bercerita mengenai karier aktivis mahasiswa pada tahun 1993-1999. Ia juga menceritakan pengalaman penculikan yang dialaminya selama 58 hari. Dalam kesempatan itu, ia mengajak mahasiswa Unri mengingat perjuangan reformasi. Ia menyampaikan harapannya kepada mahasiswa untuk tetap menjunjung tinggi nilai demokrasi.
“Saya berharap teman-teman mahasiswa tetap menjaga sikap kritis terhadap kekuasaan dan siap turun ke jalan jika memang diperlukan. Dengan hadirnya buku ini, bisa mencerahkan mahasiswa yang membacanya dan akhirnya melanjutkan perjuangan para mahasiswa-mahasiswa pendahulu. Mahasiswa menjadi terpanggil untuk menjaga demokrasi yang sudah bersama-sama diperjuangkan hingga hari ini,” pungkasnya.
Kuliah umum dan bedah buku tersebut juga turut dihadiri sejumlah pihak yakni, Gubernur Riau diwakili Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau Masrul Kasmy, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau Yulisman, Perwakilan dari Kejaksaan Tinggi Riau, Pengadilan Tinggi Agama, Polda Riau, Korem, wakil rektor di lingkungan Unri, dekan dan mahasiswa. Bedah buku ini menghadirkan narasumber Dr Tito Handoko SIP MSi, dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri dan Cecep Suryadi SSos ME, dosen dan Komisioner KI Pusat 2017-2022, dengan moderator Restira My Syahputri dari Kompas Tv.(dof)