PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Memasuki Maret 2022, sejumlah pedagang daging sapi di pasar tradisional Kota Pekanbaru mulai menaikan harga jual kepada konsumen hingga mencapai Rp140. 000 per kilogramnya. Meskipun begitu, para pedagang hingga kini belum berniat untuk melakukan aksi mogok berjualan seperti yang kini terjadi di sejumlah pasar tradisional di Indonesia.
Pantauan Riau Pos, Selasa (1/3) di Pasar tradisional Cik Puan, Jalan Tuanku Tambusai tampak hanya sebagian pedagang daging sapi saja yang berjualan daging, karena merasa harga jualnya yang terlalu tinggi serta menurunnya minat pembeli daging akibat sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya juga ikut mengalami kenaikan.
Tak hanya itu, sebagian pedagang daging sapi yang masih berjualan juga hanya mampu menyetok sebanyak 50 kilogram daging sapi dibandingkan sebelumnya yang mencapai 100 kilogram dalam sekali berjualan.
Salah seorang pedagang daging di Pasar Cik Puan Rizal mengaku, awal pekan ini harga jual daging sapi di pasar tradisional kembali mengalami kenaikan, di mana sebelumnya para pedagang menjual seharga Rp130.000 per kilogramnya dan kini naik sebesar Rp10. 000.
Hal ini terpaksa dilakukan olehnya dan para pedagang daging sapi lainnya karena pasokan daging sapi impor yang ada saat ini jumlahnya sangat terbatas akibat adanya penurunan jumlah sapi impor yang dilakukan oleh pemerintah.
"Infonya daging sapi impor itu stoknya dikurangi. Ini supaya pedagang membeli dan menjual daging sapi lokal yang harganya jauh lebih mahal," kata dia.
Lanjut Rizal, saat ini harga sapi lokal mencapai Rp17 juta hingga Rp18 juta per ekornya dengan berat per ekornya 80 kilogram. Sementara sapi impor selain harga jualnya jauh lebih murah dan beratnya pun hampir 100 kilogram. "Tak akan ada masyarakat yang mau pakai sapi lokal itu, karena harganya mahal. Tentulah kami juga mau ambil untung dan harga dagingnya kami naikan dari harga daging sapi impor," tuturnya.
Namun saat ditanyakan adakah rencana para pedagang daging sapi di Pasar Cik Puan untuk melakukan aksi mogok jualan seperti yang kini tengah dilakukan oleh pedagang daging sapi di pasar tradisional di Indonesia, dikatakan Rizal, dirinya bersama para pedagang daging sapi lainnya masih akan tetap berjualan dan bertahan meskipun harus menjual daging sapi dengan jumlah yang lebih sedikit.
Hal ini harus dilakukan karena keluarganya juga memerlukan biaya hidup yang didapat dari hasil berjualan daging sapi potong.
"Kita ikhtiar saja. Semoga harganya bisa stabil. Dan kuota sapi impor bisa dikembalikan lagi. Kalau kita tidak jualan keluarga di rumah mau makan apa, sekarang hidup sudah serba sulit, perekonomian juga sulit, apalagi pemerintah tidak 100 persen menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat menengah ke bawah, sehingga semua harga dinaikannya," ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli Mira mengaku, dirinya sangat kecewa dengan kenaikan harga daging sapi yang kini diikuti mahal di pasaran. Pasalnya, belum selesai masyarakat mengeluhkan harga minyak goreng dan harga kedelai yang naik sekarang, semua kebutuhan pokok juga dinaikan di saat masyarakat masih berupaya berjuang bangkit dari dampak yang ditimbulkan oleh pendemi Covid-19.
"Semuanya pada mahal. Jelaslah kita kecewa sama penanganan dari pemerintah. Ini sudah dekat dengan bulan Ramadan. Semua kebutuhan pokok sudah pasti naik lagi. Trus masyarakat disuruh mengkonsumsi makanan apalagi. Kami berharap cepat turunlah semua harga, jangan sampai masyarakat pula yang ikutan demo kepada pemerintah karena kenaikan harga ini," tegasnya.(ayi)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Kota