PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pelaku pengancaman bunuh terhadap orang tua kandung yang diamankan Polsek Tampan pekan lalu, mengaku meminta uang Rp5 juta untuk membeli narkoba. Kelakuan pemuda 28 tahun itu menurut psikolog UIN Suska Riau Dr Sri Wahyuni menunjukkan gejala kecanduan narkoba berat.
Dari observasi tingkah laku sesuai keterangan kepolisian, menurut Sri Wahyuni, pelaku sudah dalam fase kecanduan narkoba yang sudah melekat permanen di saraf. Namun kondisi itu menurutnya masih bisa sembuh.
Menurutnya, pelaku harus ditindak dengan proses rehabilitasi. Kasus ini menurutnya sekaligus pengingat bagi orang tua untuk lebih esktra mengawasi anak.
Sri menyebutkan, proses rehabilitasi pasti bisa menyembuhkan dan mengembalikan pelaku ke perilaku normal. Penyembuhan yang sudah di fase ini bisa sampai 6 bulan lamanya. Yang diterapkan secara menyeluruh mulai penangan medis dan terapi psikologis. Selain itu pekembangan perilakunya juga harus dipantau langsung oleh ahli multidispilin ilmu.
Akan tetapi, mereka yang sudah sembuh selalu ada kemungkinan kambuh. Maka, kata Sri, tindakan pencegahan dari orang tua serta edukasi terhadap anaklah yang sangat diperlukan.
”Hal utama yang penting yaitu sebagai orang tua harus menjadi orang pertama ketika si anak butuh teman untuk berbicara. Lingkungan pertemanan apalagi berpengaruh sangat besar dan mudah terjerumus ke narkoba. Orang tua harus benar-benar memberikan keyakinan untuk memilih teman yang baik untuk bergaul dan menekankan anak tentang efek samping dan dampak negatif yang datang,” jelas Sri kepada Riau Pos, kemarin.
Sri menjelaskan, kebanyakan penggunaan narkoba terjadi pada lingkungan pertemanan. Apalagi anak yang sering berjumpa dengan teman-temannya dari pagi sampai sore. Orang tua yang sedang bekerja dengan lelah, membuat komunikasi terhadap anak menjadi datar dan tidak efektif.
Sri menjelaskan, orang tua yang sudah mengetahui anak menggunakan narkoba harus segera cepat dilakukan rehabilitas. Sebelum berpengaruh sampai ke sel-sel saraf secara permanen. ”Memang harus direhab untuk pencegahan yang efektif, apalagi sebagai orang tua harus bisa mengintropeksi diri apa yang kurang dari anak itu selepas keluar dari rehabilitasi,” katanya.(end)