Apakah bedanya menghukum atau mendisiplinkan anak? Saat anak berperilaku buruk, banyak orangtua menganggap menghukum anak sebagai tindakan pendisiplinan. Tujuan menghukum untuk membuat perilaku anak yang tidak dapat diterima menjadi tidak menyenangkan. Sehingga anak menghentikan perilaku buruk tersebut dan tidak melakukannya lagi. Dalam hal mengoreksi perilaku buruk anak, penting untuk mengenali perbedaan besar antara hukuman dan mendisiplinkan.
Mendisiplinkan dan menghukum anak merupakan hal yang berbeda. Hukuman merupakan tindakan yang hanya fokus pada kesalahan. Pada umumnya hukuman diberikan orangtua karena muncul dari perasaan frustrasi dan keputusasaan orangtua terhadap perilaku anak. Hukuman memang dapat menghentikan perilaku saat ini, tetapi hukuman tidak dapat menghilangkan perilaku buruk secara menetap. Hukuman biasanya berupa fisik, seperti memukul anak. Hukuman juga bisa bersifat psikologis, seperti mempermalukan anak, mengasingkan anak dari orang lain, atau mencabut hak istimewa.
Hukuman juga mempengaruhi emosi yang dirasakan anak. Anak cenderung merasakan takut dan merasa bersalah. Seorang anak yang dihukum dengan pukulan, teriakan, dan ancaman dapat belajar bagaimana menghindari hukuman ini hanya dengan tidak berperilaku buruk di depan orang-orang tertentu. Namun, tidak menjamin bahwa perilaku anak akan benar-benar berubah seiring waktu atau tidak terlihat oleh orang yang menghukum. Dengan memberi hukuman, anak tidak bisa belajar bagaimana ia semestinya bersikap, bagaimana ia menyelesaikan masalah.
Sementara itu, disiplin merupakan tindakan untuk memperbaiki kesalahan yang anak perbuat. Disiplin adalah tindakan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab, mengatur dirinya sendiri dan patuh. Disiplin memiliki dampak yang sangat positif pada anak yang tidak hanya mengajar, atau mendorong tetapi juga membantu anak mengetahui tentang kode perilaku standar yang diharapkan dari mereka.
Disiplin membantu anak-anak belajar dari kesalahan mereka dan mengajari mereka cara-cara yang tepat secara sosial untuk mengatasi emosi, seperti kemarahan dan kekecewaan. Disiplin mengajarkan keterampilan baru kepada anak-anak, seperti bagaimana mengelola perilaku mereka, dan memecahkan masalah. Disiplin juga membantu anak untuk mengakui kesalahan mereka. Anak berlatih memahami bahwa mereka perlu meminta maaf atas kesalahannya. Dalam mendispilinkan orangtua memberi tahu tindakan yang benar atau salah dan memberi tahu konsekuensi jika melakukan tindakan yang keliru.
Upaya yang harus orangtua lakukan agar mendisiplinkan dapat efektif. Mencontohkan perilaku yang baik untuk anak adalah komponen penting dari disiplin yang efektif. Selain berperilaku dengan cara memberikan contoh yang baik, orangtua juga harus jujur tentang kesalahan sendiri. Jika orangtua keliru dan membuat pilihan perilaku yang buruk, akui hal itu kepada anak. Jika peraturan memang harus diubah, jelaskan kepada anak bahwa peraturan tersebut telah berubah dan beri tahu juga mengapa peraturan tersebut berubah. Peraturan harus sesuai dengan usia sehingga tidak apa-apa untuk mengubah hal-hal saat anak bertambah besar dan saat tujuan orang tua berubah.
Menggunakan disiplin daripada hukuman tidak berarti memberikan kebebasan kepada anak dan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka sukai. Disiplin mengajari anak bahwa, ketika mereka membuat pilihan untuk berperilaku dengan cara tertentu, pilihan itu memiliki konsekuensi. Mereka juga akan belajar bahwa mereka bertanggung jawab atas konsekuensi tersebut. Dengan menumbuhkan lingkungan seperti itu di rumah,akan memberikan otonomi kepada anak. Ini membantu mereka menjadi orang dewasa yang positif, percaya diri, dan penuh hormat yang bertanggung jawab atas tindakan mereka.***