Waspadai Puncak Musim Hujan, Air Waduk PLTA Koto Panjang Masih Normal

Pekanbaru | Selasa, 01 November 2022 - 10:14 WIB

Waspadai Puncak Musim Hujan, Air Waduk PLTA Koto Panjang Masih Normal
Petugas PLTA Koto Panjang saat mengecek ketinggian air di waduk PLTA Koto Panjang masih di bawah normal, Senin (31/10/2022). (HUMAS PLTA FOR RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Memasuki bulan November curah hujan di sejumlah wilayah di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan. Bahkan, Senin (31/10) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang terjadi di  Provinsi Riau.

Kasi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, Marzuki memprediksi puncak musim hujan wilayah Riau bervariasi mulai September-Desember 2022. "Tetap waspada dengan potensi cuaca buruk dan daerah yang rawan bencana," ujar Marzuki, Senin (31/10).


Selain itu, Marzuki juga mengingatkan masyarakat terhadap ancaman banjir, dan rawan longsor di beberapa daerah yang selama ini menjadi langganan banjir dan longsor. Pasalnya, musim hujan ini diperkirakan pada akhir Desember dan Januari 2023 mendatang.

"Semua masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana harus selalu waspada dan siap siaga karena curah hujan yang semakin tinggi," tegasnya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyiagakan personel dan peralatan. Ini dilakukan untuk membantu masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Kepala BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan adanya bencana yang terjadi di Riau dan juga permintaan bantuan.

Pihaknya sudah menyiagakan sarana dan prasarana termasuk personel dan logistik yang siap dikirim ke daerah yang memerlukan bantuan. "Meskipun belum menerima permintaan bantuan, tapi kita sudah stand by-kan semua. Apalagi sekarang sudah mulai masuk musim hujan, semua peralatan, personel, dan logistik sudah kita siapkan," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, terkait kondisi cuaca saat ini, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada BPBD kabupaten/kota untuk siap siaga. Karena saat ini sudah terjadi peralihan musim dari kemarau ke penghujan. Sehingga BPBD kabupaten kota diminta meningkatkan kewaspadaan.

"Kami sudah sampaikan ke BPBD kabupaten/kota, agar semua peralatan dan personel termasuk logistik, semua disiapkan. Kalau memerlukan bantuan segera laporkan kepada kami," ujarnya.

Saat ditanyakan terkait status siaga banjir tahun 2022, pihaknya mengaku saat ini masih akan melakukan kajian terlebih dahulu. Pasalnya, untuk menetapkan status tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. "Kita akan mengkaji status siaga banjir untuk antisipasi bencana banjir karena wilayah Riau sudah masuk musim hujan," katanya.

Namun, lanjut Edy, status siaga banjir Provinsi Riau tahun 2022 bisa ditetapkan jika terdapat dua daerah terlebih menetapkan status bencana banjir. "Sejauh ini kami belum mendapat laporan kabupaten/kota yang akan menetapkan status siaga banjir. Artinya saat situasinya masih terkendali, kalaupun hujan hanya genangan dan tidak lama langsung surut," ujarnya.

Untuk mengkaji status siaga banjir, pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota, termasuk dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru terkait perkiraan cuaca. "Karena sekarang kita sudah masuk musim penghujan, tapi puncaknya kita koordinasi agar kabupaten/kota bisa siaga," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga saat ini terus berkoordinasi untuk memantau ketinggian air di Waduk PLTA Koto Panjang, Kampar. Hal tersebut dikarenakan saat ini intensitas hujan terus meningkat terutama diwilayah Sumatera Barat (Sumbar).

Langkah koordinasi terus dilakukan oleh BPBD Kampar dengan pihak pengelola PLTA Koto Panjang. Mengingat situasi bisa saja mendadak berubah, apalagi sampai harus dibuka pintu air di waduk tersebut.

"Sejauh ini masih aman. BPBD Kampar dan PLTA Koto Panjang mereka juga aktif memberikan informasi terkini terkait situasi air di waduk. Jadi kalau ada hal yang urgen bisa langsung disampaikan ke masyarakat," katanya.

Edy menyebutkan, penting untuk meningkatkan kewaspadaan di waduk PLTA Koto Kampar jika intensitas curah hujan di Sumatera Barat meningkat. Sebab aliran air dari daerah perbukitan akan bermuara di waduk PLTA.

"Tapi sejauh ini kan kondisi curah hujan di Sumbar masih tergolong aman. Namun demikian, kami tetap meminta kepada masyarakat di bantaran sungai untuk selalu waspada terhadap bencana," tuturnya.

Sementara itu, Manajer PLTA Koto Panjang Cecep Sofhan Munawar menambahkan, debit air di Waduk PLTA Koto Panjang di bawah batas normal yakni 76.00 MDPL. Cecep mengatakan, debit normalnya adalah 80.00 MDPL.

"Intensitas hujan tidak di hulu, masih di wilayah hilir. Karena itu debit air di PLTA Koto Panjang di bawah normal," jelas Cecep Sofhan Munawar, Senin (31/10).

"Kalau curah hujan di hulu di daerah Sumbar akan menyebabkan debit air waduk PLTA akan naik. Sekarang ini masih di daerah hilir jadi tidak berpengaruh terhadap debit air di waduk PLTA ini," tambah Cecep.

Sementara itu, Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kampar Agustar melalui Kepala Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Adi Candra menjelaskan, walaupun curah hujan sekarang agak tinggi tetapi kondisi air di Sungai Kamparkiri dan Kamparkanan normal.

"Waspada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir dan angin kencang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Kampar pada malam dan dini hari," jelas Adi Candra, Senin (31/10).

Adi Candra menjelaskan, saat ini siaga cuaca ekstrem agar masyarakat yang berada di wilayah bantaran sungai berhati-hati dan waspada terhadap luapan air sungai. Luapan air yang sewaktu-waktu datang akibat kiriman air dari hulu dan akibat intens hujan tinggi. "Khusus kepada petani kerambah untuk tetap waspada keadaan cuaca sekarang ini," jelas Adi Candra.

Adi Candra berharap kepada pengguna kendaraan agar berhati-hati dalam berkendara terutama di jalur lintas di sekitar PLTA Koto Panjang di Desa Merangin, Kecamatan Kuok mengingat sewaktu-waktu dapat terjadi longsor.

Di sisi lain, BNPB Pusat kembali memaparkan ringkasan kejadian bencana dalam satu pekan terakhir, 24-30 Oktober 2022. Berdasar catatan BNPB, dalam kurun waktu tersebut, setidaknya masih ada 67 kali kejadian bencana di Indonesia. Di mana, bencana hidrometeorologi basah berupa banjir masih mendominasi.

"Sebenarnya ini berkurang dari pekan-pekan sebelumnya yang rata-rata di atas 70 kali kejadian bencana," ungkap Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari secara virtual, Senin (31/10).

Hanya saja, dikatakan Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, pihaknya masih belum bisa secara optimal mengurangi jumlah korban meninggal dunia. Di mana, untuk pekan ini, setidaknya masih ada sebanyak delapan orang meninggal dunia akibat bencana. Kemudian, dua luka-luka dan 13.093 rumah terdampak dengan total mengungsi 60.000 jiwa.

"Jadi, dalam satu bulan berturut-turut setiap pekan ada 13 orang, 10 orang, dan 7 orang. Kemudian, di pekan terakhir ini ada 8 saudara kita yang meninggal dunia akibat bencana," ucapnya.

Satu di antara korban meninggal tersebut, dikatakan Aam, merupakan korban kejadian bencana cuaca ekstrem. Sedangkan, lainnya korban bencana banjir dan tanah longsor. Menurut Aam, di akhir November, frekuensi kejadian cuaca ekstrem dan intensitasnya memang sedikit bertambah. Sehingga dampak ke infrastruktur rumah cukup mendominasi.

Dikatakan Aam, kejadian bencana hidrometeorologi basah dalam sepekan terakhir masih banyak terjadi di Jawa dan Sulawesi. Sedangkan, di Sumatera sudah berkurang signifikan, kecuali di Sumatera bagian selatan dan sedikit di utara. Bahkan, untuk di Tanggamus dan Lampung Selatan, banjir masih belum surut.(sol/ayi/kom/gih/jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook