PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sekretaris Utama (Sestama) Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Pusat Tavip Agus Rayanto mengatakan, peran bidan sangat besar dalam menyukseskan tim pendamping keluarga dalam penanganan stunting. Pasalnya, pelayanan di lapangan yang dilakukan BKKBN tak bisa jalan kalau tak ada bidan.
"Pelayanan alat kontrasepsi IUD, suntik dan lainnya diperlukan bidan. BKKBN tak bisa berjalan sendiri," kata Tavip usai mengikuti acara Orientasi Peningkatan Kapasitas Pelayaman KB Bagi Tenaga Kerja Kesehatan di Faskes, Jaringan dan Jejaring di Hotel Grand Central, Pekanbaru, Jumat (30/9).
Hadir dalam acara tersebut Kepala Perwakilan BKKBN Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, Kepala Dinas Kesehatan Riau Zainal Arifin, Koordinator KB BKKBN Riau Supriadi, dan peserta dari kabupaten/kota se-Provinsi Riau.
Ditambahkannya, selama ini BKKBN pusat dan daerah, ASN tidak punya basic untuk menyuntik langsung dalam program pelayanan, seperti memasang IUD.
"Jadi kalau berhasil fungsi pelayanan di lapangan, maka mereka itulah yang mendukung program BKKBN. Kalau kita punya bidan bagus, tapi bidannya memboikot, maka tidak bisa dikerjakan di lapangan," ujar Tavip.
Disebutkan Tavip, program stunting atau bangga kencana terkai dengan keluarga berencana, peran bidan sangat diperlukan, seperti membantu BKKBN dalam vaksinasi Covid-19. Sehingga bidan harus diberi apresiasi.
"Stunting dulu paradigmanya penanganan pada pencegahan. Sekarang orientasinya pada pencegahan. Lebih baik mencegah daripada menangani," ujanya lagi.
Kemudian kata Tavip, secara konsep sudah baik, tapi secara mikro berdampingan secara keluarga. Lalu, konfirgensi antar kementerian belum berjalan baik, maka sekarang inilah diperbuat, seperti kenapa ada TPPS, satgas, tim pendamping keluarga, ifu semata-mata untuk mendamping di level mikro.
"Bafaimana konfirgensi terbentuk seperti RAN pasti dengan membagi tugas. Yang intinya siapa yang berbuat apa, ukuran keberhasilannya apa. Itulah harapan dari kami untuk memperkuat peran masing-masing," ujarnya.(eca)