PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Penghentian sementara aktivitas pelabuhan akibat Covid-19, membuat para buruh angkut terdampak. Pasalnya piring nasi pekerja tidak tetap tersebut berada di Pelabuhan Sungai Duku, Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru.
Meski dirumahkan, para buruh tidak mendapat pesangon. Pemberlakuan itu ada semenjak adanya Permenhub Nomor 25 yang disahkan Direktorat Jenderal Perhubungan perihal larangan mudik. Artinya sudah sepekan mereka terkena imbasnya.
Lesunya perekonomian saat ini, menjadikan para buruh angkut pun harus bekerja serabutan. Ditemui di pelataran pelabuhan, buruh angkut Robby Gunawan (57) tak menampik terkena imbas dirumahkan.
"Ini sudah hampir sepekan dirumahkan. Belum ada kegiatan dan bingung mau ngapain. Jadinya kerja serabutan," sebutnya pada Riau Pos kemarin.
Pria yang sudah 25 tahun bekerja sebagai buruh angkut itu mengatakan, dengan dirumahkan menjadikan dirinya lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. "Di balik ini semua ada hikmahnya. Jadi dekat dengan Allah dan lebih rajin beribadah," sebut pria duda itu.
Dikisahkannya, pria Melayu itu menceritakan sejak masih lajang sudah menaruh rezekinya dari pelabuhan. "Upah pertama Rp70 ribu, naik jadi Rp100 ribu, Rp150 ribu sampai Rp300 ribu. Kami tidak ada gaji bulanan. Upah tersebut kami dapat sepekan sekalilah," katanya yang bekerja di Kapal Jelatik.
Di tempatnya bekerja, Kapal Jekatik, tidak hanya mengangkut penumpang namun juga barang. Kapal itu beroperasi tiga kali dalam sepekan dengan tujuan Selatpanjang.
Kapal yang didominasi warna biru itu, tidak transit ke Buton, itulah yang menjadikannya sedikit lama dari pada kapal-kapal lain yang ada di Pelabuhan Sungai Duku. Namun demikian, kapal sempat beroperasi dua kali dalam sepekan saat corona. Diperparah saat ini tidak beroperasi menjadikan dirinya cukup kesulitan ekonomi.
"Sebab tak ada gaji bulanan inilah yang pusing. Mau mengadu sama teman, semua juga sedang merasakan yang sama. Jadi lebih baik diam dan mengadu ke Allah. Alasan saya keluar rumah, karena dengan keluar rezeki pasti ada aja," ujarnya.
Cuaca yang bersahabat dan angin yang sepoi-sepoi membuatnya bercerita lagi. Diungkapkannya, para pengirim sembako yang biasanya melalui pelabuhan sekarang mengirim melalui jalur darat yaitu menggunakan mobil ekspedisi.
Ia pun mengaku rindu dengan suasana hiruk pikuk mengangkut barang ke kapal. Bertemu banyak orang. "Saya berharap nanti Kapal Jelatik bisa membawa sembako saja, sehingga ada pemasukan lagi," ujarnya.(ade)
Laporan:SOFIAH (Pekanbaru)