KIEV (RIAUPOS.CO) – Sentimen anti Real Madrid sudah telanjur terbentuk. Terutama sejak Real melangkah ke semifinal berbalut penalti kontroversial pada menit kedelapan injury time kontra Juventus di leg kedua perempatfinal Liga Champions di Santiago Bernabeu, Madrid, 12 April lalu. Ya, tak ada yang ingin Los Blancos kembali mengangkat Si Kuping Lebar.
Cukup dua musim terakhir, final 2016 dan 2017. Tidak untuk final di Olimpiyskiy, Kiev, dini hari nanti WIB (Siaran Langsung SCTV/beIN Sports 1/beIN Sports 2 pukul 01.45 WIB). Nah, sentimen itu akan dibebankan di pundak Liverpool.
‘’Kami tidak sesering Real merasakan atmosfer final (Liga Champions). Tapi ini sepakbola, kami punya kesempatan, kami akan coba,’’ koar Juergen Klopp dikutip The Telegraph.
Ini final pertama Liverpool setelah sedekade harus menanti. Overall, ini final ketiganya pascaditekuk AC Milan 1-2 di Athena, 2007. Real sudah tiga kali ini datang ke final dalam tiga musim terakhir, final Liga Champions keempatnya dalam lima musim terakhir. Begitu pula dengan potensi starting eleven-nya. Hanya Isco dan Raphael Varane yang tak masuk komposisi Zinedine Zidane dalam final pertamanya di San Siro, Milan, dua musim lalu.
Musim lalu, nyaris tak ada bedanya dengan musim ini. Bandingkan dengan Liverpool di final kali ini. Klopp pelatih pecundang di Wembley pada final edisi 2013 semasa masih melatih Borussia Dortmund. Klopp pun pecundang di final Liga Europa 2016 saat dikalahkan Sevilla 1-3 di St Jakob-Park, Basel.
Begitu pula Jordan Henderson dkk yang tak satu pun pernah mencium bau atmosfer final Liga Champions. Kecuali Porto, kejutan final 2004 lawan sesama klub kuda hitam AS Monaco, setelah itu belum ada lagi klub “hijau” jadi raja. Ingat, final Liga Champions selalu soal mental. Musim lalu, saat Juventus lolos ke final semua berpikir itu akhir dari Real.