LONDON (RIAUPOS.CO) – Antonio Conte identik dengan pelatih yang jago dalam mengondisikan sektor pertahanan. Kinerjanya di Juventus, Chelsea, maupun Inter Milan adalah buktinya. Status sebagai master pertahanan itu seolah luntur begitu dia datang ke Tottenham Hotspur.
Musim ini adalah musim penuh pertama Conte menukangi Spurs. Tapi, klub asal London Utara itu telah kemasukan 31 gol dalam 20 matchweek.
Jumlah tersebut merupakan yang terburuk di antara 12 besar klub di klasemen sampai, kemarin (22/1) WIB. Juga jauh lebih banyak dibandingkan dengan musim lalu ketika Conte menjabat di pertengahan musim. Spurs kebobolan 24 gol dalam 28 matchweek.
Dibandingkan dengan musim paling jeblok Conte di Premier League, kemasukan 38 gol dalam 38 laga (1 gol per laga) bersama Chelsea pada 2017–2018, musim ini lebih jeblok. Rata-rata kemasukan gol musim ini 1,55 gol per laga.
Gol yang bersarang ke gawang Hugo Lloris bisa bertambah seandainya benteng Spurs kembali tampil lembek di Craven Cottage, kandang Fulham FC, dini hari nanti (siaran langsung Vidio pukul 03.00 WIB).
Mengutip pernyataan Conte, pelatih berjuluk The Godfather itu terlihat mulai frustrasi dalam membenahi lini pertahanan Spurs. Conte menganggap pertahanan The Lilywhites –sebutan Spurs– musim ini tak ubahnya seperti gaya bertahan klub medioker.
”Kami harus membangun hal-hal positif dari situasi dalam dua laga sebelumnya (buruknya pertahanan ketika kalah 0-2 oleh Arsenal dan 2-4 oleh Manchester City, red). Yang perlu dipahami adalah kami mencari sesuatu yang musim lalu kami miliki (pertahanan solid, red),” beber Conte dalam laman resmi klub.
Sejatinya tidak ada perubahan di sektor pertahanan. Spurs masih memiliki Cristian Romero, Eric Dier, dan Ben Davies sebagai trio bek reguler musim lalu. Nama yang disebut pertama malah punya andil membawa Argentina berjaya di Piala Dunia Qatar 2022.
Malah Spurs mendapat suntikan kekuatan dengan Clement Lenglet, bek tengah yang dipinjam dari FC Barcelona musim ini. Masih ada pula Davinson Sanchez, bek timnas Kolombia.
Lalu, apa masalahnya? Kepada BBC Radio 5 Live, pandit sekaligus gelandang Inggris di Euro 1996 Steve Stone menyebut bahwa musim ini dirinya tidak melihat konsep jelas dari permainan Conte.
”Seringnya musim ini mereka baru bangkit saat tertinggal lebih dulu. Kadang menekan balik, kadang tidak. Pertahanannya saya lihat seolah lebih banyak diam,” kritik Stone.
Menurunnya performa Lloris, kiper sekaligus kapten Spurs, turut disorot. Setelah gagal di final Piala Dunia 2022 melawan Argentina, performa Lloris dianggap menurun. Termasuk blunder dalam derbi London Utara (15/1).
Mantan kiper timnas Inggris dan Arsenal David Seaman menilai, Lloris lemah dalam bola-bola pantulan.
”Tapi, Hugo (Lloris) tidak hancur. Dia masih bisa kok menghasilkan beberapa penyelamatan bagus,” ucap Seaman dilansir Football London.
Musim ini Lloris kemasukan 29 gol dari 19 laga pertama Premier League dan hanya mampu mencatatkan 5 nirbobol. Bandingkan dengan musim lalu. Dengan jumlah laga yang sama, Lloris kemasukan 19 gol dan mencatatkan 7 nirbobol.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman