Namun, sejak Schubert memegang kendali atas Yann Sommer dkk, performa Gladbach begitu menggila dengan memenangkan enam laga selanjutnya. Imbasnya, mereka tidak hanya mampu memperbaiki peringkat di posisi kelima dan berselisih 13 angka dari Bayern Munchen yang menjadi pemuncak klasemen, Gladbach juga tercatat sebagai tim dengan serangan terbaik nomor tiga setelah Bayern dan Borussia Dortmund.
Kemenangan 4-1 di kandang Hertha Berlin akhir pekan lalu adalah sinyal yang dikirimkan untuk Juventus.
Kemudian faktor lain yang juga harus diperhitungkan oleh tim Kota Turin itu adalah kukuhnya performa Gladbach ketika bertindak sebagai tuan rumah melawan tim-tim Serie A.
Mereka mampu mempertahankan dominasi atas tim Negeri Pizza itu sejak 1971 atau 44 tahun lalu dengan rekor dua menang dan empat kali imbang. Juventus juga tentunya masih ingat momen pahit 40 tahun silam ketika mereka dikalahkan 0-2 oleh Gladbach pada pertemuan pertama babak kedua Liga Champions di Dusseldorf 1975.
Juve pun akhirnya gagal lolos setelah hanya bermain imbang di Turin 2-2 yang membuat agregat menjadi 2-4. ‘’Pergi ke Jerman akan menjadi laga yang sama sekali berbeda,’’ tutur Marchisio kembali. ‘’Mereka mempunyai keuntungan karena bermain di depan para pendukung yang siap untuk men-support mereka,’’ lanjutnya.
Terpisah, gelandang Gladbach Havard Nordtveit mengatakan, mereka saat ini sedang berada dalam titik bugar penuh karena menang enam pertandingan beruntun. Menurutnya, Gladbach bakal bermain menyerang sejak menit pertama untuk mengurung pertahanan Juventus dan tidak membiarkan mereka mencetak gol.
‘’Kami saat ini sedang menatap apa yang disebut sebagai laga paling spesial,’’ ujarnya seperti dilansir situs resmi Gladbach. ‘’Saya harap kami bisa bermain bagus. Sebab, jika kami melakukannya, maka apapun bisa terjadi,’’ timpal pemain berkebangsaan Norwegia tersebut.(apu/tom)
Sumber: JPNN/ESPN/Mirror/UEFA.com
Editor: Elvy Chandra