TALIBAN BERKUASA

Mantan Pemain Afghanistan Ini Meminta Pemain Putri Lari dari Rumah

Olahraga | Jumat, 20 Agustus 2021 - 04:08 WIB

Mantan Pemain Afghanistan Ini Meminta Pemain Putri Lari dari Rumah
Khalida Popal, sedih melihat nasib para pemain sepakbola putri Afghanistan setelah Taliban berkuasa lagi. (AFP/DAILY MAIL)

KABUL (RIAUPOS.CO) – Mantan pemain sepakbola putri timnas Afghanistan, Khalida Popal, memberikan nasihat kepada para juniornya untuk meninggalkan rumah. Saran tersebut disampaikannya setelah Taliban berhasil menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan.

Setelah 20 tahun, Taliban telah kembali berkuasa di Kabul. Pada kekuasaan mereka tahun 1996 sampai 2001, perempuan Afghanistan dilarang bekerja, juga tak bisa mendapatkan akses pendidikan. Perempuan juga dilarang keluar rumah jika tidak ditemani oleh keluarga laki-laki.


Kini, Taliban telah kembali menguasai Afghanistan sejak Ahad (15/8/2021). Khalida Popal mendapat banyak pesan suara dari rekan-rekan dan pemain muda sepakbola di timnas putri Afghanistan.

Popal yang kini tinggal di Denmark telah meninggalkan Afghanistan pada 2011 dan mencari suaka pada 2016. Ia hanya bisa menyampaikan agar para wanita di Afghanistan melindungi diri saat Taliban sudah mulai berkuasa.

“Menasihati mereka untuk meninggalkan rumah. Melarikan diri dari tetangga yang mengenal mereka sebagai pemain sepakbola putri,” ucap Khalida Popal kepada The Associated Press (AP) Selasa (17/8/2021).

“Itu menghancurkan hati saya karena selama bertahun-tahun kami telah bekerja untuk meningkatkan visibilitas wanita," imbuhnya.

“Sekarang saya mengatakan kepada wanita saya di Afghanistan untuk tutup mulut dan menghilang atau nyawa mereka dalam bahaya,” tambahnya.

“Saya telah mendorong untuk menghapus saluran media sosial, menghapus foto, melarikan diri dan menyembunyikan diri," tambahnya lagi.

Popal pensiun sebagai pesepakbola pada 2011, dan kemudian sebagai direktur di Asosiasi Sepakbola Afghanistan. Namun ancaman terus berlanjut dan dia akhirnya terpaksa melarikan diri dari Afghanistan untuk mencari suaka di Denmark pada 2016.

Tetapi, ia tidak pernah meninggalkan pesepakbola putri dan membantu mengungkap pelecehan fisik dan seksual. Bahkan, ancaman pembunuhan dan pemerkosaan yang melibatkan kepemimpinan federasi Afghanistan.

“Generasi saya memiliki harapan untuk membangun negara, mengembangkan situasi untuk generasi perempuan dan laki-laki berikutnya di negara ini,” lanjutnya

“Jadi saya mulai dengan wanita muda lainnya menggunakan sepakbola sebagai alat untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan," katanya mengakhiri.

Sumber: AP/Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook