CATATAN SEPAKBOLA

Masih Pantaskah Simon Dipertahankan?

Olahraga | Rabu, 11 September 2019 - 11:10 WIB

Masih Pantaskah Simon Dipertahankan?
Septian David Maulana dan Muhammad Hargianto saat bermain di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Dua talenta muda ini bakatnya sudah dilupakan pelatih timnas senior, Simon McMenemy. (HARY B KORIUN/RIAUPOS.CO)

Simon kemudian menuding, kompetisi kita tak menunjang prestasi timnas. Kalau itu, semua orang sudah tahu. Tetapi dengan kompetisi yang adakadabra seperti ini, banyak kok pelatih yang bisa membuat timnas bagus, bahkan berkali-kali lolos ke final AFF Cup.

Kita tak menuntut hasil instan, tetapi kesalahan mendasar yang dilakukan Simon adalah menghancurkan fondasi yang sudah dibangun dengan baik oleh Milla yang dianggap cocok dengan tipikal pemain dan aroma sepakbola Indonesia: penguasaan bola dan mengandalkan kekuatan sayap. Tentu, membangun tim secara menyeluruh dengan baik juga harus dilakukan. 


Alasan Simon memanggil pemain-pemain terbaik dari kompetisi, juga benar dan mulia. Namun ya harus dilihat kekuatan lawan yang akan dihadapi. Kalau sekelas Laos, Kamboja, Brunei Darussalam atau Timor Leste, masih bolehlah pemain seperti Pae berada dalam tim.Yang kita hadapi adalah musuh-musuh bebuyutan di Asia Tenggara yang juga menjadikan Kualifiksi Piala Dunia 2022 ini sebagai ajang unjuk kekuatan dan mematangkan pemain-pemain muda yang akan tampil di SEA Games Filipina akhir tahun ini.

Lihatlah Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang memasukkan lebih separo pemain mudanya yang akan turun di SEA Games dalam skuadnya sekarang. Jadi, ada misi berjenjang yang dibangun mereka. Bayangkanlah seorang Pae harus bertarung dengan kecepatan pemain-pemain berusia 20-22 milik Thailand dan Malaysia. Tetapi yang heran, dia bermain full di dua pertandingan itu.

Satu lagi, mengubah komposisi lini tengah dengan mengganti Zulfiandi di babak kedua saat unggul 2-1 atas Malaysia dan malah tak memainkan semenit pun saat melawan Thailand, menurut saya juga terlihat bagaimana visi seorang Simon. Hingga hari ini, Zulfiandi adalah sosok gelandang bertahan paling lengkap yang kita miliki, dan di babak pertama saat melawan Malaysia juga bermain baik. Dia mampu menjadi solusi sebagai "pemikul air" atau "jembatan" ketika pemain lain kebingungan saat bersama bola dan dikurung lawan. Dia punya visi bermain yang baik dengan umpan yang tak terduga, kemampuan melindungi bola yang kuat, mampu berduel dengan gelandang lawan, dan kadang mencetak gol yang tak terduga. Menurut saya, Risky Pellu dan Manahati Lestusen sudah kehilangan kelengkapan seperti yang dimiliki Zulfiandi.

Menghentikan kerja Simon dengan mengganti pelatih lain mungkin bukan jalan satu-satunya, meskipun itu opsi yag tepat. Tetapi jika tetap mempertahankan lelaki asal Skotlandia ini, PSSI harus yakin bahwa Simon memiliki visi yang pas, memilih pemain yang pas, punya strategi yang mumpuni, dan bisa membangun tim yang cocok dengan potensi sepakbola kita. Ingat, kita masih akan dua kali menghadapi Vietnam, dua kali melawan UEA, dan masing-masing sekali melawan Malaysia dan Thailand. Jangan sampai, sudahlah menjadi juru kunci, permainan jelek, dan menjadi lumbung gol.

Tapi pertanyaannya: masihkah Simon pantas dipertahankan? Atau semua ini merupakan gambaran dari wajah PSSI yang bopeng dan tak mau melakukan perubahan?***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook