AMSTERDAM (RIAUPOS.CO) – Belanda dan Senegal lebih punya pemain dengan kualitas kelas atas ketimbang Ekuador dan tuan rumah Qatar. Apakah itu berarti Belanda-Senegal bakal melaju mulus ke fase knock-out?
Virgil van Dijk setangguh Kalidou Koulibaly. Sentralnya sosok Frenkie de Jong di Belanda sepadan dengan Sadio Mane di Senegal. Lions of Teranga –julukan Senegal– juga memiliki kiper terbaik dunia (The Best FIFA Men’s Goalkeeper 2021) Edouard Mendy.
Makanya, pantas kalau dua negara tersebut menjadi kandidat kuat yang menyegel dua slot tiket fase knock-out Piala Dunia 2022 dari Grup A. Bukankah sepakbola tidak ditentukan hanya oleh kualitas individu? Memang benar.
Masalahnya, tacticus Belanda Louis van Gaal menyebut bukan kekuatan individu anak asuhnya yang menjadi senjata untuk mengamankan tiket ke babak 16 besar. Melainkan, lanjut Van Gaal, kualitas kolektivitas skuad Oranje –sebutan Belanda– di Piala Dunia 2022 juga tinggi.
Van Gaal membandingkannya dengan Oranje di Piala Dunia 2014 yang juga ditanganinya.
”Kualitas kolektivitas skuad kali ini jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata pada 2014,” ucapnya seperti dilansir NU. Saat itu Belanda finis di peringkat ketiga.
”Delapan tahun yang lalu, kualitas kreativitas individu pemain kami memang lebih tinggi. Kami punya Robin van Persie, Arjen Robben, dan Wesley Sneijder. Sekarang tim ini lebih bermain kolektif,” sambung Iron Tulip –julukan Van Gaal.
Kualitas kreativitas penggawa Belanda asuhan Van Gaal saat ini memang tidak menonjol. Di lini serang, misalnya. Memphis Depay notabene hanya menjadi cadangan di FC Barcelona. Pemain paling produktif di skuad Oranje (42 gol) itu juga baru menyumbangkan satu gol musim ini.
Luuk de Jong (8 gol) sudah berusia 32 tahun. Sementara itu, Vincent Janssen (7 gol) malah hanya bermain di liga kelas dua di Eropa, Jupiler Pro League, bersama Royal Antwerp.
”Setiap pemain memiliki kemampuan mencetak gol. Jadi, itu (mencetak gol, red) bukan hanya tanggung jawab para penyerang,” ucap Davy Klaassen, gelandang tersubur Oranje di skuad (9 gol), di laman resmi KNVB (PSSI-nya Belanda).
Seperti Belanda, Senegal berkaca dari sukses memenangi Piala Afrika 2021 bukan lagi tim yang mengandalkan nama besar. Lions of Teranga banyak belajar dari pengalaman ketika menjadi tim pertama yang tersingkir dari fase grup Piala Dunia 2018 di Rusia.
”Seharusnya kami meraih hasil lebih bagus saat itu (Piala Dunia 2018, red), tetapi kami malah gagal. Kami mungkin terlena karena dianggap mempunyai generasi pemain yang hebat,” beber kapten sekaligus bek Senegal Kalidou Koulibaly seperti dikutip Al Jazeera.
Menurut Koulibaly yang membela Chelsea, pengalaman di Rusia membuat Senegal telah menjadi tim yang lebih matang. Koulibaly bersama pemain senior lainnya seperti gelandang Idrissa Gueye (Everton) dan Mane (Bayern) menjadi kerangka utama skuad besutan Aliou Cisse.
”Tim ini sudah jadi. Tinggal menambahkan talenta-talenta berbakat yang dimiliki negeri kami,” beber Cisse.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman