OBSESI MILIARDER TIMUR TENGAH

Kecewa di Jerman, Abdullah Ismaik Buru Klub Inggris

Olahraga | Minggu, 27 Desember 2015 - 00:02 WIB

Kecewa di Jerman, Abdullah Ismaik Buru Klub Inggris
Kapten TSV 1860 Muenchen, Benjamin Lauth, dalam sebuah pertandingan di Bundesliga 2 Jerman. TSV 1860 Muenchen 49 persen sahamnya dimiliki Hasan Abdullah Ismaik, namun sang miliarder Timur Tengah ini stres dengan investasinya, dan sedang memburu klub Inggris. (GETTY IMAGES/ZIMBIO)

Ungkapan pengusaha termuda ketiga di Timur Tengah itu merujuk pada pengalamannya di Jerman empat tahun terakhir ini.  Ismaik pada 2011 silam membeli 60 persen saham klub dari Bundesliga 2, TSV 1860 Muenchen. Ismaik pun lalu menjadi pengusaha Timur Tengah pertama yang membeli saham di klub sepakbola Jerman.

Mulanya, Ismaik ingin menguasai saham klub sekota Bayern Munchen itu. Akan tetapi, dengan aturan 50+1 di sepakbola Jerman hanya membolehkan dia memiliki 49 persen. Investasi Ismaik di 1860 Munchen per musimnya senilai EUR 38,3 juta. Akan tetapi, lima musim setelah dia berkuasa klub berjuluk Die Loewen itu, tidak ada prestasi yang membanggakan.

Baca Juga :Kapten Luton Tak Sadarkan Diri, Man City Kembali Imbang

Bahkan hingar-bingar Allianz Arena saat Bayern bermain tidak pernah terasa ketika klub yang dipimpinnya bermain. Musim ini, 1860 Munchen harus berjuang menyelamatkan diri dari jurang degradasi setelah menduduki peringkat ke-17 dari 18 klub Bundesliga 2. Bukannnya terus mendukung, fans 1860 Munchen malah meluncurkan petisi menolak keberadaan Ismaik.

Dilaporkan Abendzeitung Muenchen, sampai dengan Rabu sore lalu (23/12) sudah sekitar 1000 pendukung yang menyatakan dukungannya agar Ismaik melepaskan sahamnya. Pendukung 1860 Muenchen itu seakan lupa bahwa Ismaik sudah beberapa kali menyelamatkan klub berusia 155 tahun itu dari ancaman degradasi lima musim terakhir.

‘’Jujur saja, kadang saya merasa tertekan dengan angka-angka yang sudah saya keluarkan untuk 1860 Muenchen. Dan sekarang, fans dengan seenaknya meminta saya agar segera pergi dari sini,’’ keluhnya, dalam wawancara dengan Kicker, sehari sebelum terbang ke London.

Persoalan semakin komplet begitu ada konflik internal di tubuh klub juara Bundesliga di musim 1965-1966 silam. ‘’Karenanya saya merasa harus pergi ke Inggris, di sinilah investasi di sepakbola akan bergairah dan sangat menghibur. Tidak seperti yang sudah saya alami selama di Jerman,’’ lanjutnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook