LONDON (RIAUPOS.CO) - Petenis Tunisia, Ons Jabeur, percaya bahwa pelajaran yang ia petik dari dua kekalahan di dua final Grand Slam akan memberinya bekal kuat menghadapi petenis Ceko Marketa Vondrousova, pada final Wimbledon pada Sabtu (15/7) waktu London.
Jabeur menunjukkan endurance yang luar biasa untuk meredam ketangguhan unggulan kedua Aryna Sabalenka dan meraih kemenangan 6-7 (5) 6-4 6-3 setelah tertinggal satu set dan 4-2, Jumat dini hari (14/7).
Ia kini kembali ke posisi yang pernah diraihnya di Wimbledon dan AS Terbuka tahun lalu. Kini, dia tinggal selangkah lagi menjadi perempuan Afrika sekaligus orang Arab pertama yang menjuarai grand slam.
"Tahun lalu adalah final Grand Slam pertama saya. Jelas semakin dekat untuk memenangkan Grand Slam yang selalu saya impikan," kata perintis asal Afrika Utara, Jabeur.
Jabeur sendiri memasang foto trofi Venus Rosewater Dish di ponselnya tahun lalu, tetapi sampai saat ini belum pernah membawa pulang yang asli.
"Saya selalu percaya (bisa meraih gelar grand slam). Namun terkadang kita akan mempertanyakan dan meragukan apakah itu akan terwujud. Saya akan belajar banyak, tidak hanya dari final Wimbledon, tapi juga final AS Terbuka dan akan memberikan yang terbaik.''
"Mungkin tahun ini adalah tentang mencoba dua kali dan mendapatkannya di percobaan ketiga."
Jabeur yang berstatus unggulan keenam itu sudah kalah dua dari petenis kidal Vondrousova tahun ini. Dia menyatakan akan menjadi pertemuan di final Wimbledon 2023 Sabtu sebagai ajang revans-nya setelah bekerja sangat keras menjadi petenis lebih baik.
"Saya selalu kalah melawannya tahun ini. Dia bermain dengan sangat baik. Saya akan mencoba untuk lebih fokus pada diri saya sendiri. Saya tidak yakin bagaimana permainannya di final Grand Slam keduanya. Kami berdua sangat ingin menang."
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman