JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Liga Champions memang bukan lagi arena bermain untuk Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Untuk kali pertama sejak musim 2004–2005, CR7 dan La Pulga absen di perempat final.
Setelah Ronaldo bersama Juventus terhenti oleh FC Porto di babak 16 besar pada Rabu (10/3), Messi gagal menginspirasi remontada untuk FC Barcelona saat menghadapi Paris Saint-Gemain atau PSG kemarin (11/3). Barca yang kalah 1-4 dalam first leg hanya bermain seri 1-1 di kandang PSG.
"Liga Champions musim ini tidak akan sepi bintang (setelah Ronaldo dan Messi gagal bersama klub masing-masing, red). Fans masih bisa menikmati permainan (Kylian) Mbappe (striker PSG, red) maupun (Erling) Haaland (bomber muda Borussia Dortmund, red)," tutur Fabio Capello, mantan allenatore Juve kepada Sky Sport Italia.
Berbeda dengan Ronaldo yang tampil di bawah standar terbaiknya saat Juve dieliminasi FC Porto, Messi bermain bagus di kandang PSG. Satu-satunya gol Barca diciptakan La Pulga dengan cantik. Gol pada menit ke-37 itu sangat mungkin melaju hingga "final" di Ataturk Olimpiyat Stadi pada 30 Mei mendatang.
Gol hasil sepakan kaki kiri Messi dari jarak sekitar 30 meter itu disebut masuk kandidat gol terbaik Liga Champions musim ini. Tendangan Messi yang melesat ke pojok kanan atas gawang kiper PSG Keylor Navas itu disertai efek knuckle. Mirip seperti ciri khas Ronaldo ketika melakukan tendangan bebas.
"Menghadapi Messi selalu sulit karena dia nyaris tidak pernah gagal melepaskan tembakan bagus,” ungkap Navas kepada L'Equipe.
Meski begitu, Navas yang sering menghadapi Messi semasa masih membela Real Madrid membayar kebobolannya dengan menggagalkan eksekusi penalti Messi sebelum turun minum.
Sepanjang partisipasinya di Liga Champions atau sejak 2004–2005, Messi sudah mengoleksi 19 gol yang dicetak dari sepakan dari luar kotak penalti. La Pulga hanya kalah oleh Ronaldo yang unggul satu gol lebih banyak darinya.
Gol Messi kemarin mengingatkan gol striker 33 tahun itu ketika Barca mengalahkan Liverpool FC 3-0 dalam first leg semifinal dua musim lalu. Bahkan, jarak dan posisinya hampir sama. Bedanya, kala itu Messi melakukannya dari skema bola mati dan efek yang ditimbulkan bukan knuckle. Melainkan curling alias melengkung.
Hanya, gol spektakuler Messi kala itu harus puas sebagai runner-up dalam pemilihan gol terbaik. Pemenangnya adalah gol Ronaldo pada musim debutnya bersama Juve ketika bersua Manchester United. Gol CR7 terjadi pada matchday keempat fase grup dan tercipta dari sepakan voli yang terukur.
Untuk gol terbaik di Liga Champions, Messi adalah "juara bertahan". Yaitu, berkat gol solo run ketika Barca mengalahkan SSC Napoli pada second leg 16 besar di Camp Nou. Saat itu, Messi mengelabui 6–7 pemain Partenopei sebelum memperdaya kiper David Ospina.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi