LIONEL Messi dianggap sebagai pemain terbaik di planet ini. Tapi ia perlu gelar Piala Dunia untuk melegitimasi klaim itu.
Laporan JPG, Doha
DOHA (RIAUPOS.CO) - EMPAT kesempatan meraih trofi Piala Dunia sudah dilewatkan Messi. Pada debutnya di Piala Dunia 2006 di Jerman, peraih tujuh gelar Ballon d’Or itu tidak mampu membantu Argentina melangkah lebih jauh.
La Albiceleste kalah 2-4 lewat drama adu penalti dari tuan rumah Jerman di babak delapan besar. Messi yang merayakan ulang tahun ke-19-nya di turnamen itu hanya menyumbang satu gol dan assist.
Pada edisi berikutnya di Afrika Selatan, Messi yang saat itu sudah menjadi pemain terbaik dunia gagal menunjukkan performa hebat sebagaimana di level klub. Sepanjang turnamen, Messi hanya menyumbang satu assist.
Perjalanan Argentina yang kala itu dipimpin pemenang Piala Dunia 1986 Diego Armando Maradona kembali terhenti di perempatfinal. Jerman sekali lagi menjadi mimpi buruk Messi dan kawan-kawan setelah mereka dihajar 4-0.
Harapan besar bagi Messi dan Argentina muncul di Piala Dunia 2014 Brazil. Meski sempat mengalami cedera sebelum turnamen, Messi dengan gol-golnya sukses memimpin Tim Tango ke partai puncak untuk kali pertama sejak edisi 1990.
Sayangnya, Messi yang mencetak empat gol dan satu assist dalam tujuh pertandingan, hanya kebagian bola emas sebagai penampil terbaik turnamen. Di final, Jerman untuk kali ketiga secara beruntun mengalahkan Argentina dengan skor 1-0 berkat gol Mario Gotze di menit ke-113 babak perpanjangan waktu.
Di Piala Dunia 2018 Rusia, kampanye kualifikasi yang buruk membuat harapan Argentina tidak setinggi sebelumnya. Itu pada akhirnya terbukti. Messi yang mencetak satu gol plus dua assist hanya mampu membawa negaranya ke babak 16 besar. Langkah mereka ke delapan besar dihentikan Prancis yang menang 4-3 dan kemudian menjadi jawara turnamen.
Dengan dua assistnya di Rusia, Messi menjadi pemain pertama yang memberikan assist di empat Piala Dunia. Selain itu, ia menjadi pemain pertama yang memberikan dua assist dalam pertandingan untuk Argentina sejak Maradona melakukan hal yang sama melawan Korea Selatan pada tahun 1986.
Tapi Messi tidak pernah benar-benar sejajar dengan Maradona dan Piala Dunia 2022 Qatar kemungkinan besar menjadi kesempatan terakhirnya untuk menyamai catatan sang legenda.
Messi sendiri sudah mengumumkan bahwa Qatar akan menjadi Piala Dunia terakhir dalam kariernya. "Ini Piala Dunia terakhir saya, tentu saja," tegasnya dikutip dari CGTN.
Tahun ini, Messi sudah berusia 35 tahun. Dan rasanya memang sangat sulit untuk melihat superstar berjuluk La Pulga itu masih beraksi di Piala Dunia 2026 yang akan berlangsung di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Kalaupun ia berubah pikiran dan masih diberi kesempatan bermain di sana, Messi dengan usia 39 tahun jelas bukan lagi tokoh utama. Makanya, Qatar benar-benar adalah panggung terakhir bagi Messi untuk membuktikan nama besarnya dan memimpin Argentina meraih trofi ketiganya.
Melihat bagaimana perjalanan mereka menuju Qatar, jalan ke podium juara cukup bagus. Juara Copa America 2020 itu sudah tidak terkalahkan dalam 35 pertandingan sejak 2019.
Sepanjang 2022 ini, Argentina memenangi tujuh pertandingan dan imbang sekali. Hanya Ekuador yang bisa lolos dari terkaman Argentina di mana kedua negara bermain imbang 1-1 di kualifikasi zona Conmebol Maret lalu.
Khusus di empat laga terakhir, anak asuh Lionel Scaloni menunjukkan mereka sangat siap bertarung di Qatar. Menghadapi Italia di Finalissima serta Estonia, Hoduras, dan Jamaika di laga persahabatan, mereka mencetak total 14 gol dan tanpa kebobolan sebiji gol pun.
"Kami bersemangat, kami akan bertarung, kami tidak takut pada siapa pun karena kami siap bermain melawan siapa pun, tetapi dengan ketenangan pikiran," tegas Messi kepada Directv Sports.
Kendati demikian, kapten Argentina itu menegaskan bahwa menjuarai Piala Dunia tidak akan mudah. Menurut Messi, banyak hal harus terjadi untuk memenangkan Piala Dunia.
"Tidak hanya kami melakukannya dengan baik, banyak hal yang dapat membuat Anda tersingkir dan ada banyak tim yang menginginkan hal yang sama seperti kami dan mereka melakukannya dengan baik," jelasnya.
Ia pun memastikan semua pertandingan akan sangat sulit. "Favorit tidak selalu menjadi pemenang atau mengambil jalan yang diharapkan. Argentina selalu menjadi kandidat karena sejarahnya. Tapi kami bukan satu-satunya favorit," katanya di CGTN.
Tapi Messi yang berhasil mengakhiri penantian 28 tahun Argentina untuk trofi internasional dengan menjuarai Copa America 2020 tahun lalu juga mengingatkan bahwa segala hal bisa terjadi. "Kami telah mencapai momen yang baik dan grup yang sangat kuat, apa pun bisa terjadi," jelas Messi.
Pelatih Argentina, Lionel Scaloni sementara itu menegaskan bahwa mereka harus menikmati Piala Dunia ini. "Ini adalah permainan dan terkadang pemain terbaik tidak menang, di Piala Dunia itu bisa terjadi," tegasnya di situs resmi AFA.
Scaloni sendiri hanya berharap Messi dalam kondisi fit di Qatar. "Yang penting Messi sehat dan nyaman, dia menikmati bermain sepakbola. Semakin dia menikmatinya, semakin kita semua menikmatinya," tandasnya.
Argentina tergabung di Grup C bersama Arab Saudi, Meksiko dan Polandia. Di laga perdana, mereka akan ditantang Arab Saudi pada 22 November lalu menghadapi Meksiko dan Polandia. Sebelum bertarung di Qatar, Tim Tango akan melakoni satu uji coba melawan Uni Emirat Arab pada 16 November. (amr/jpg)