BANGKOK (RIAUPOS.CO) – Jarak poin pembalap pabrikan Ducati Francesco Bagnaia dengan Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha) di klasemen pembalap kini terpaut dua poin saja. Hasil itu tidak bisa terlepas dari peran Johann Zarco (Pramac Ducati).
Di tiga lap terakhir, pembalap asal Prancis itu menjadi pembalap tercepat di lintasan. Sejatinya, dia punya kesempatan besar menyalip Bagnaia dan finis di podium ketiga GP Thailand.
Namun, Zarco tak mau melakukan itu. Dia seperti berupaya menghadang Marc Marquez yang terus memburu Bagnaia sejak pertengahan lomba. Kejadian di Sirkuit Buriram tersebut berbeda jauh dengan yang dialami Bagnaia di Misano (4/9) dan Aragon (18/9).
Saat itu pembalap Gresini Ducati Enea Bastianini masih mengajak Bagnaia bertarung secara terbuka. Karena itulah, Bagnaia langsung mengucapkan terima kasih kepada Zarco.
’’Terima kasih untuk Johann (Zarco) yang sama sekali tidak mau mengambil risiko di akhir-akhir balapan. Dia menyatakan kepadaku itu karena aku cepat dan kuat dalam pengereman.”
”Jika memaksa untuk melakukan overtaking, risikonya terlalu besar. Untuk itu, sekali lagi aku ingin berterima kasih kepadanya,’’ ucap Bagnaia dilansir Crash.
Padahal, dengan bekal catatan waktu lap tercepat yang dibukukan Zarco dalam lap-lap terakhir di Buriram, pembalap 32 tahun itu sejatinya punya peluang meraih kemenangan pertamanya sepanjang karier di MotoGP.
Dalam enam musim berkiprah di MotoGP, sampai saat ini raihan terbaik Zarco adalah menjadi runner-up. Yakni, sepuluh kali. Zarco menyebut finis di posisi keempat pada GP Thailand (2/10) sudah membuatnya puas.
Dia menambahkan, racing line kering baru tampak jelas di tiga lap terakhir. Itu pun masih terlalu sempit untuk melakukan overtaking aman. Seandainya lintasan mengering lebih cepat atau di sekitar enam lap terakhir, Zarco mengaku akan lebih berani untuk bertarung dan merangsek sampai mendapatkan posisi terdepan milik Miguel Oliveira (KTM).
’’Kondisinya terlalu sulit. Dalam posisi seperti itu, bisa menyelesaikan balapan sudah merupakan kepuasan,’’ ucap Zarco dilansir Crash.
Juara dunia Moto2 2015 dan 2016 itu menambahkan, seandainya sudah mendekati Bagnaia dua lap lebih cepat, dirinya mungkin akan berani mencoba menyalip Pecco –sapaan akrab Bagnaia.
Namun, dengan hanya tiga lap tersisa saat itu, dia merasa keputusan untuk bertahan di belakang Bagnaia sampai finis adalah yang terbaik.
Zarco juga mengaku saat itu ingat dengan perkataan General Manager Ducati Gigi Dall’Igna kepadanya sebelum balapan Misano. Saat itu Dall’Igna memberikan arahan terkait keinginan Ducati agar pembalap-pembalap mereka yang lain memberi bantuan kepada Bagnaia menjadi juara dunia tahun ini.
Zarco menyebutkan, Dall’Igna berjanji tidak akan memberi team order yang menghalang-halangi pembalap Ducati lain untuk menjadi pemenang di balapan sisa musim ini.
Namun, jika berada dalam posisi bertarung dengan Pecco hanya untuk posisi keempat atau kelima, Dall’Igna berharap para pembalap Ducati lain memberikan posisi itu untuk Pecco.
’’Aku mau mengambil risiko saat yang di depanku adalah Marc (Marquez). Namun, aku tidak mau melakukannya saat di depanku adalah Pecco,’’ ucap Zarco.
Akibat keputusannya itu Zarco diterpa kritik habis-habisan dari fans. Dia dianggap tidak mencintai negaranya, Prancis, dan lebih memilih kepentingan bisnis. Yakni mengamankan kontraknya di MotoGP musim depan.
Yang dimaksud membela negaranya adalah membantu Fabio Quartararo, yakni kompatriotnya sendiri. Seperti diketahui, perebutan gelar juara dunia MotoGP 2022 saat ini sedang diperebutkan oleh Pecco dan Quartararo. Andai Zarco menyalip Pecco, tentu jarak poin keduanya saat ini masih cukup lebar. Bukan dua poin.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman