SEPAKBOLA DUNIA

Tersingkir di Liga Champions, Bukti Taktik Cholismo Atletico Sudah Usang

Olahraga | Jumat, 04 November 2022 - 03:00 WIB

Tersingkir di Liga Champions, Bukti Taktik Cholismo Atletico Sudah Usang
Diego Simeone gagal membawa Atletico Madrid tetap berkiprah di ajang antarklub Eropa musim ini seiring finis juru kunci di fase grup Liga Champions. (MIGUEL RIOPA/AFP)

MADRID (RIAUPOS.CO) – Diego Simeone sukses menanamkan Cholismo di Atletico Madrid yang ditanganinya sejak 2011. Cholismo adalah pendekatan taktik bermain tak kenal kompromi, keras terhadap lawan, hingga tak jarang berkelahi.

Ketika melawan tim kuat, Atletico tidak mengejar penguasaan bola, lebih terkonsentrasi menjaga ruang, dan berusaha mencuri gol lewat transisi menyerang yang cepat.


Berkat Cholismo, Simeone mempersembahkan dua gelar juara La Liga (2013–2014 dan 2020–2021), dua titel Liga Europa (2011–2012 dan 2017–2018), serta dua kali menembus final Liga Champions (2013–2014 dan 2015–2016).

Musim ini atau musim ke-12 bersama El Cholo, julukan Simeone, Cholismo seperti turun level. Performa di La Liga yang naik turun (enam jornada awal berada di luar empat besar dan baru kembali dalam enam jornada terakhir) dan hasil buruk di Eropa. Bahkan, terburuk di era Simeone.

Atletico harus mengakhiri kiprah Eropa lebih awal setelah finis sebagai juru kunci Grup B Liga Champions. Kekalahan 1-2 di kandang FC Porto, Estadio do Dragao, kemarin dini hari (2/11) WIB membuat Los Colchoneros disalip Bayer Leverkusen yang finis peringkat ketiga (berlanjut ke playoff knockout Liga Europa). Dua tim teratas sekaligus lolos ke 16 besar adalah FC Porto dan Club Brugge.

Atletico memang pernah gagal di fase grup Liga Champions musim 2017–2018. Tetapi, kala itu Koke dkk tetap berlanjut di Liga Europa, bahkan mampu bablas sebagai juara.

”Anda boleh saja memiliki talenta hebat dan fisik yang kuat. Tetapi, dengan mentalitas buruk, semuanya akan hancur,” ungkap Simeone seperti dilansir Marca.

Dalam enam penampilan di fase grup, Atletico menang sekali dan itu terjadi saat mengalahkan FC Porto 2-1 pada matchday pertama (8/9). Itu pun Los Colchoneros dinaungi keberuntungan karena gol kemenangan (malah semua gol) lahir pada injury time. Lima laga beruntun tanpa kemenangan di Liga Champions pun tidak pernah terjadi di era Simeone.

”Kami selalu kebobolan di setiap laga. Kami sulit untuk mencetak gol. Secara permainan, setiap lawan kami juga bermain lebih bagus. Jadi, kami harus menerima kenyataan atas kegagalan ini,” beber Simeone.

Selain pertahanan yang buruk, Simeone memiliki handicap di lini serang. Kuartet Antoine Griezmann, Alvaro Morata, Angel Correa, dan Joao Felix hanya berkontribusi 14 gol dengan Atletico total memainkan 18 laga musim ini.

”Etos kerja (para penyerang Atletico, Red) menurun musim ini,” ulas Cadena SER.

Felix pun diolok-olok sebagai pemain cadangan termahal. Striker asal Portugal itu dibeli Atletico dari SL Benfica tiga tahun lalu senilai EUR 127 juta (Rp1,96 triliun). Dari 16 penampilan, Felix hanya starter separuhnya.

Kabar terakhir, seperti dilaporkan El Chiringuito TV, desakan supaya Atletico mengevaluasi kinerja Simeone sudah bergerak lebih jauh. Petinggi Los Colchoneros diklaim mempertimbangkan untuk mengganti Simeone. Bidikan mereka adalah pelatih timnas Spanyol Luis Enrique.

Kontrak Enrique habis setelah Piala Dunia Qatar tahun ini. Enrique tidak lagi melatih klub sejak menangani La Furia Roja –sebutan timnas Spanyol– pada 2017.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

Baca Juga : Reputasi Englishmen

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook