TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Sejumlah Pemuka Masyarakat Pangean mempertanyakan sikap dewan hakim yang tidak pernah memanggil perwakilan jalur saat pemenang hilir sulit ditentukan pemenangnya pada Festival Pacu Jalur (FPJ) Tradisional Kabupaten Kuantan Singingi di Tepian Narosa Telukkuantan tahun 2018 ini.
“Harusnya kan sebelum ada keputusan hakim, perwakilan jalur itu dipanggil. Ini sudah hari final. Kemenangan dan kekalahan itu sangat tipis. Maka, sebelum keputusan diambil, harusnya panggil wakil jalur. Baru keluarkan putusan,” demikian disesalkan salah seorang Pemangku Adat Pangean, Arpidi kepada Riau Pos, Ahad (2/9).
Ia menyesalkan, dewan hakim di FPJ menyampaikan keputusan di laga sengit tanpa memanggil perwakilan kedua jalur untuk melihat layar monitor. Harusnya, kata Arpidi, sebelum keputusan diambil di hilir yang sulit ditentukan pemenangnya secara kasat mata, perwakilannya dipanggil untuk melihat bersama-sama hasil pacu.
“Jangan ditunggu wakil jalur komplen setelah pengumuman. Ini tidak tradisi kita. Di rayon-rayon saja, dipanggil. Masak di iven nasional tidak. Ini kan aneh. Tak ada musyawarah untuk mufakatnya,” jelasnya.
Apalagi di laga Toduang Biso Rimbo Piako versus Kilek Keramat Muaro Laii Pemprov Riau. Menurutnya, tukang tari haluan dari jalur Toduang Biso terlihat beberapa meter jelang capai garis finis mengulurkan kedua kakinya demi meraih kemenangan. Hakim juga harus bijak.
Panggil wakil jalur sebelum memutuskan. Jangan ditunggu mereka komplen. Ini gunanya wakil jalur ada di finis. Kalau seperti ini kan tak ada gunanya wakil jalur. Percuma,” sesalnya lagi.
Pemuka Masyarakat Pangean lainnya, seperti Datuk Saini menambahkan, pihaknya tidak mempersalahkan Kilek Keramat kalah atau menang. Namun Ia melihat, ada ketidakwajaran hakim dalam memberi keputusan dilaga penting itu. “Tradisi kita tidak soal menang atau kalah. Tapi juga soal musyawarah mufakat. Ini harus diperbaiki saat pacu di Tepian Narosa demi kebaikan hubungan kita sesama,” sambungnya.
Sementara itu, salah seorang Dewan Hakim, Zubirman SH yang dimintai penjelasan soal ini mengakui, kalau kaki tukang tari itu diulurkan ke depan. Dan Ia mengaku, bahwa hasil itu sudah dilihat oleh perwakilan jalur Kilek setelah putusan hakim.
“Memang kakinya diulurkan ke depan. Tapi setelah dilihat di layar, garis tenol, kemenangan itu bukan karena adanya kaki tukang tari. Dan itu sudah dilihat oleh perwakilan jalur Kilek. Kalau tanpa garis tenol seolah-olah (menang) terlihat karena kaki. Dan perwakilan tidak ada komplen. Karena setiap jalur yang keberatan dibolehkan melihat layar monitor oleh dewan hakim setelah ada putusan. Dan kalau ada yang komplen setelah putusan, itu wajar. Karena kalau belum ada putusan tidak ada obyek yang akan di komplen. Dan seandainya pun digeser ke depan, haluan Toduang Biso tampak jelas di garis tenol,” dijelaskan Zubirman.(jps)