Tantangan Ruang Sempit di Belakang Erling Braut Haaland

Olahraga | Senin, 04 Juli 2022 - 03:03 WIB

Tantangan Ruang Sempit di Belakang Erling Braut Haaland
Erling Braut Haaland (TWITTER)

MANCHESTER (RIAUPOS.CO) – Umurnya bakal mencapai 22 tahun pada 21 Juli. Penyerang Erling Braut Haaland bahkan belum pernah merasakan kerasnya kompetisi Premier League.

Namun, produktivitas Haaland membuat Manchester City kesengsem. City pun berani membayar Haaland dari Borussia Dortmund pada musim panas ini dengan fee GBP 51,2 juta (Rp927,1 miliar).


Dengan label pemain terbaik Bundesliga 2020–2021 dan 29 gol di berbagai ajang musim 2021–2022, City berani menggaji Haaland dengan nominal mencapai GBP 375 ribu (Rp 6,79 miliar) per pekan.

Angka itu membuat gaji per pekan Haaland cuma kalah dari playmaker dan kapten City Kevin De Bruyne yang digaji GBP 385 ribu (Rp6,97 miliar) setiap minggu.

’’Dia (Haaland, red) saat bermain di Bundesliga menciptakan gol dengan gembira. Tapi, sejak musim ini dia akan berhadapan dengan klub yang berlipat-lipat lebih bagus,’’ tulis Daily Mail saat City memutuskan untuk mendatangkan Haaland.

’’Tanyakan kepada Timo Werner bagaimana rasanya hanya menciptakan sedikit gol dan menemui ruang sempit di (sektor) belakang,’’ lanjut Daily Mail

Daily Mail menjadikan kisah transfer Werner dari RB Leipzig ke Chelsea musim panas 2020 sebagai sebuah pelajaran. Werner datang ke Cobham –lokasi latihan Chelsea– dengan gelar runner-up top scorer Bundesliga 2019–2020 dengan 28 gol.

Chelsea membeli Werner GBP 47,5 juta (Rp859,4 miliar) dan digaji GBP 272 ribu (Rp4,9 miliar ) per pekan dua tahun lalu. Dan, hingga kini Werner hanya mampu mengoleksi 23 gol dalam dua musim di The Blues, julukan Chelsea.

’’Ini akan jadi tantangan baginya (Haaland),’’ kata analis Premier League Andy Forrester kepada Sportsmail.

Forrester mengakui, Haaland memang figur nomor sembilan klasik yang dicari City.

’’Sayangnya, dia bermain di liga yang berbeda. Beberapa gol yang dia cetak terjadi saat dia punya ruang yang lebar di depannya. Kebanyakan didapatkan dengan serangan cepat. Di situ dia memanfaatkan kecepatannya. Tapi, permainan City yang mengutamakan penguasaan bola akan membuat permainan lebih lambat,’’ ulas Forrester.

Berdasar data CIES Football Observatory, jumlah pemain di Premier League yang masuk dalam 150 pemain teratas Eropa dua kali lebih banyak ketimbang pemain Bundesliga.

 

Selain itu, testimoni dari eks pemain Bundesliga yang hijrah ke Premier League makin menguatkan analisis Forrester. Wide attacker Chelsea Kai Havertz bercerita betapa beratnya adaptasi ketika awal karier merumput di Premier League.

’’Premier League sangat berbeda jika dibandingkan dengan Bundesliga. Intensitas di sini lebih besar. Mulai intensitas dalam duel hingga berlari. Semua laga sangat melelahkan. Aku di sini seperti pemain yang berada di bawah rata-rata,’’ ungkap Havertz dalam laman resmi klub.(ren/c14/dra/jpg)

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook