MADRID (RIAUPOS.CO) -- Pelatih Liverpool Jurgen Klopp menilai jika Ajax Amsterdam layak ada di final Liga Champions. Namun, mereka kalah dari Tottenham Hotspur yang membuat comeback gemilang di leg kedua.
Di leg pertama Tottenham kalah 0-1 dari Ajax. Di leg kedua, mereka sukses membalikkan keadaan 2-3. Skuat Pochettino pun lolos karena unggul produktivitas gol atas Ajax.
“Ajax juga pantas mendapatkan tempat di final, saya pikir,” kata Klopp pada hari Jumat (31/5) di konferensi pers. “Tapi begitulah dalam sepakbola,” sambungnya dikutip oleh Algemeen Dagblad.
Klopp ditanya apakah dirinya mengambil pelajaran atas kekalahan di final tahun lalu saat lawan Real Madrid? Ia mengaku tidak. Sebab menurutnya, situasi laga final selalu berbeda.
“Apa yang telah saya pelajari dari semua final sebelumnya? Sebenarnya tidak ada. Itu selalu berbeda. Lawan, keadaan. Kekalahan melawan Real Madrid juga ada hubungannya dengan tiga gol aneh dari lawan,” paparnya.
Liverpool dan Klopp sendiri punya kenangan buruk di babak final kompetisi Eropa. Musim 2015-2016 atau periode pertama Klopp, Liverpool kalah 1-3 oleh Sevilla di final Liga Europa. Kemudian masih hangat dalam ingatan pada final musim 2017-2018, lagi-lagi Klopp dan The Reds takluk 1-3 oleh Real Madrid.
“Saya berharap angka tiga menjadi angka keberuntungan,” kata Klopp berharap seperti ditulis Liverpool Echo awal pekan ini. Ya, dini hari nanti (2/6) di Stadion Wanda Metropolitano, pelatih 51 tahun itu akan menyongsong final ketiga Eropa-nya bersama Liverpool. Kali ini, Liverpool akan bersua Tottenham Hotspur di final Liga Champions.
Angka tiga bukan hanya menandai jumlah final kompetisi Eropa Klopp bersama Liverpool. Melainkan juga jumlah final Liga Champions. Selain final 2018, saat masih bersama Borussia Dortmund, Klopp juga merasakan kepedihan ketika takluk 1-2 oleh Bayern Muenchen di Wembley pada final 2013.
“Saya belajar banyak ketika memulai karier (melatih) di Mainz 05. Kekalahan yang menyakitkan akan membuatmu kembali dan menjadi semakin kuat,” tutur Klopp dalam wawancara dengan UEFA.
Pelatih dengan persentase kemenangan 59,72 persen bersama Liverpool ini menyadari kalau asa Kopites kepadanya untuk meraih trofi memuncak musim ini. Setelah kalah dalam perebutan titel juara Premier League dari Manchester City dengan margin satu poin (97-98) di akhir musim, maka satu-satunya penawar luka kegagalan di domestik adalah titel Liga Champions.
Musim ini, dalam dua pertemuan di Premier League Liverpool selalu menang dengan skor 2-1 atas Spurs. Namun secara keseluruhan rekor pertemuan Klopp lawan Mauricio Pochettino, pelatih Spurs adalah empat kali menang, empat kali seri, dan sekali seri.
“Spurs dan Liverpool saling mengerti kelebihan dan kelemahan masing-masing. Ini adalah final dan tentu lawanmu mempersiapkan diri sebaik-baiknya,” ujar Klopp.
“Karena sering berjumpa buat apa terlalu sibuk memikirkan apa yang harus diubah agar jadi tim yang berbeda? Tampil yang terbaik saja,” tambah Klopp.