JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Opsi penerapan kurikulum prototipe yang ditawarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi learning loss dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional mendapat dukungan dari Komisi X DPR RI.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyampaikan adaptasi dan inovasi diperlukan agar dapat bertahan di tengah perkembangan zaman. Salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.
“Sikap terbaik kita adalah beradaptasi dan melakukan terobosan inovasi di dunia pendidikan kita karena disrupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung kepada peserta didik kita di semua jenjang. Salah satu opsi dari adaptasi adalah melakukan pembaruan kurikulum kita,” ungkapnya, Rabu (29/12).
Huda melanjutkan, ada beberapa pertimbangan mengapa kurikulum perlu disempurnakan. Beberapa kali ia berdiskusi dengan pakar penyusun kurikulum dan akhirnya berkesimpulan bahwa paradigma konservatif dalam kurikulum jika disandingkan dengan perkembangan dunia maka tak lagi relevan.
Ia menuturkan, Kemendikbudristek mengambil pemberlakukan kurikulum ini untuk opsional. Sebab, dinamika di internal dan eksternal di dunia pendidikan Indonesia melampaui apa yang diprediksikan.
“Sehingga mau tidak mau kita harus gunakan pembaruan-pembaruan. Ini adalah bagian dari risiko langkah terobosan yang harus cepat-cepat kita ambil jika tidak, kita akan tertinggal,” lanjutnya.
Kurikulum 2013 menurutnya adalah kurikulum yang padat konten dan bermuatan sangat banyak. Dalam dunia disrupsi, jika kurikulum memiliki banyak konten, maka memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendalami sesuatu dari kecenderungan bakat mereka akan sulit.
“Padahal kita sedang menciptakan generasi yang kompeten,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah masing-masing peserta didik memiliki kompetensi yang mumpuni. Individu terbaik adalah mereka yang menguasai sesuatu secara mendetil hingga ke akarnya.
Dengan kurikulum prototipe, dimungkinkan ruang improvisasi guru diperlebar sehingga guru dapat mengakselerasi dan mencari model terbaik dalam pembelajaran.
“Kurikulum Prototipe ingin mengurangi konten. Hal ini supaya anak-anak lebih memahami tentang suatu hal lebih detil,” tandas Huda.
Sumber: Jawapos.com
Editor : Erwan Sani