JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa ketersediaan vaksin Covid-19 menipis. Sehingga harus ada manajemen yang tepat untuk penggunaan vaksin.
Budi mendorong penyuntikan kedua vaksin Sinovac dilakukan setelah 28 hari penyuntikan pertama. Selama ini penyuntikan vaksin, di luar vaksinasi untuk lansia, dilakukan setelah 14 hari penyuntikan pertama.
"Didorong semua, tak hanya lansia," katanya.
Budi menuturkan langkah itu dilakukan karena keterbatasan vaksin yang dimiliki Indonesia. Selain itu, Budi berdalih bahwa pada 28 hari penyuntikan pertama imunnya akan lebih banyak terbentuk.
Pada April nanti, Budi memprediksi vaksin yang dimiliki pemerintah hanya 7,8 juta dosis vaksin dari Sinovac. Sementara pada Mei nanti PT Bio Farma ada rencana membersihkan pusat produksinya. Agenda ini memang rutin dilakukan setiap enam bulan sekali. Sebenarnya, untuk mengganjal kekurangan akan menggunakan AstraZeneca.
Pemerintah tak bisa mengandalkan vaksin dari Covax-GAVI. Sebelumnya, asosiasi penyedia vaksin Covid-19 bagi negara berkembang itu rencananya mengirim dalam dua tahap ke Indonesia. Gelombang pertama sudah dikirimkan. Vaksin tersebut dari AstraZenica sejumlah 1,1 juta dosis. Rencananya pada 22 Maret datang lagi 2,5 juta dosis.
"7,8 juta dosis pada April," ungkapnya.
Sayangnya pengiriman ini terhambat. Sebab Covax-GAVI memutuskan menunda pengiriman vaksin ke Indonesia. Alasannya, India sedang melakukan embargo vaksin. "Ada isu India embargo vaksin," bebernya.
Di India sedang terjadi peningkatan kasus Covid-19. Sehingga pemerintah India menunda pengiriman. Budi menyatakan bahwa dirinya bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tengah melakuka lobi kepada Covax-GAVI dan badan kesehatan dunia (WHO). Tujuannya agar vaksin AstraZeneca dapat dikirim ke Indonesia pada Mei nanti.
Sementara pemberian vaksin tahap kedua untuk lansia dam petugas pelayan publik dilakukan. Budi menjelaskan untuk lansia lebih sulit dilakukan. Sebab ada yang takut disuntik atau terdapat komorbid. "Kami sedang memcari model vaksinasi agar lansia dapat vaksin," ungkapnya.
Kemenkes juga mengandalkan sentra vaksinasi yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, pada saat rapat dengan gubernur, pihaknya selalu mengingatkan. "Pemberian vaksin untuk lansia tidak hanya di ibu kota propinsi, tapi di kabupaten atau kota juga," bebernya.
Penambahan Pasien Positif Kembali Meningkat di Riau
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir menginformasikan per Ahad (28/3) terdapat penambahan 125 pasien positif Covid-19 di Riau. Dengan demikian, total pasien positif di Riau saat ini 34.391 orang.
"Sementara itu, untuk penambahan pasien positif Covid-19 yang sembuh 95 orang, sehingga total pasien positif yang sudah sembuh sebanyak 32.226 orang," katanya.
Dibandingkan beberapa hari sebelumnya, penambahan pasien positif di Riau cenderung meningkat. Salah satu penyebabnya, yakni jumlah sampel swab yang diperiksa juga bertambah.
"Total sampel yang diperiksa naik sehingga mempengaruhi jumlah penambahan pasien positif. Per Ahad, sampel yang diperiksa sebanyak 471 spesimen," sebutnya.
Mimi mengatakan, penambahan pasien positif tersebut di antaranya berasal dari Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, Kabupaten Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kampar, Kuansing, Kota Pekanbaru, Rokan Hilir, Siak, Pelalawan serta ada juga yang merupakan warga luar provinsi Riau.
"Untuk pasien positif yang meninggal dunia, juga bertambah satu orang dari Pekanbaru. Untuk total pasien positif yang meninggal dunia sebanyak 839 orang," ujarnya.
Dengan masih adanya penambahan pasien positif dan juga ada pasien yang meninggal dunia, Mimi kembali mengingatkan agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mengantisipasi tertular virus corona.
"Protokol kesehatan mari terus dijalankan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan juga mencuci tangan," ajaknya.(lyn/jpg/sol)