JAKARTA (RIAUPO.CO) -- Teroris pengebom Gereja Katedral Makassar benar-benar keji. Dalam situasi darurat pandemi Covid-19, kelompok teroris masih berupaya menebar teror dengan aksi bom bunuh diri sepeda motor. Diduga pelaku berjumlah dua orang dan belum diketahui apakah ada pelaku selamat dalam aksi itu. Namun, versi Mabes Polri terdapat setidaknya 14 korban luka berat dan ringan. Berdasarkan update data yang diterima Kemenko Polhukam, jumlah korban luka bertambah menjadi 20 orang.
Kadivhumas Polri Irjen Argo Yuwono menuturkan, dari informasi awal yang dihimpun, diduga pelaku dua orang berboncengan sepeda motor bernomor pelat DD 5984 MD. Keduanya mencoba masuk ke area pelataran gereja.
"Namun, dicegah oleh keamanan gereja," ujarnya.
Kondisinya saat itu, jamaah baru saja selesai mengikuti kegiatan kematian Tuhan dan misa sesuai dengan protokol kesehatan. Jamaah sedang menuju keluar gereja.
"Saat dicegah masuk itulah, terjadi ledakan yang diduga bersumber dari pengendara sepeda motor tersebut," jelasnya.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), sementara ditemukan sepeda motor yang sudah hancur dan potongan bagian tubuh. Semua itu menjadi bagian dari penyidik kepolisian.
"Potongan tubuh ini apakah dari pelaku belum diketahui," ujarnya. Belum juga diketahui, apakah ada pelaku yang selamat dalam kejadian tersebut. Yang pasti, dalam bom bunuh diri ini terdapat 14 korban luka berat dan ringan. Terdiri dari tiga orang dirawat di RS Stela Maris, tujuh orang di RS Akadimis, dan empat orang di RS Pelamonia.
"Mereka mengalami luka di bagian wajah, dada, perut hingga kaki," tuturnya.
Luka tersebut akibat dari serpihan atau pecahan dari ledakan bom tersebut. Dia menuturkan bahwa saat ini sedang dicari sirkuti sumber ledakan, untuk bisa memastikan apakah ini bom high explosive atau low explosive.
"Itu bagian dari Densus 88 Anti Teror," jelasnya.
Menurutnya, memang terdapat rangkaian penangkapan terduga teroris di Makassar, sebelum kejadian ledakan bom ini. Namun, belum bisa diketahui apakah terhubung dengan penangkapan tersebut.
"Yang pasti ini menjadi evaluasi dari penyidik Densus 88, apakah terkait dengan penangkapan," ungkapnya.
Saat ini Densus 88 terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui jaringan mana yang menjadi pelaku bom bunuh diri.
"Mohon bersabar kita lakukan penyelidikan, kita akan tau jaringan mana ini," terangnya dalam konferensi pers kemarin.
Sudah ada beberapa saksi yang diperiksa dalam kejadian tersebut. Didengar keterangannya, melihat atau mendengar apa saat kejadian.
"Kita masih kumpulkan, nanti akan disajikan," terang mantan kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.
Dia menegaskan, untuk pencegahan kedepan Polri akan memberikan imbauan agar acara kematian tuhan dan paskah ini bisa dilakukan secara virtual. Nantinya, petunjuk itu akan diberikan asisten kapolri.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk bersama menjaga kamtibmas," ujarnya.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, masyarakat diharapkan tidak panik, Densus 88 Anti Teror akan melakukan penindakan terhadap kelompok teroris. Hal itu merupakan komitmen dari Korps Bhayangkara. "Untuk memberangus kelompok teror," jelasnya.
Menurutnya, Kadensus dan jajarannya telah diperintahkan untuk ke Makassar agar mendalami kasus terebut. "Negara hadir dan tidak akan kalah dengan kelompok teroris," terang mantan Kabareskrim tersebut.
Argo Yuwono menambahkan, Kadensus telah berangkat ke Makassar Minggu siang. Tentu di Makassar juga telah ada Korwil Densus 88. "Semua dikerahkan," papar jenderal berbintang dua tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD memastikan bahwa strategi terbaik sudah dilancarkan oleh instansi-instansi terkait guna membongkar peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. "Saya sudah melakukan koordinasi dan kontak langsung dengan kepala BIN, kapolri, kepala BNPT, tim-tim TNI, kemudian kapolda, juga dengan kepala Densus," tegasnya.
Mahfud memastikan, siapapun yang terlibat dan terkait dengan peristiwa tersebut akan diburu, ditangkap, dan diadili sesuai ketentuan yang berlaku. "Pemerintah juga sudah meminta kepada aparat keamanan, yakni Polri dan TNI untuk meningkatkan pengamanan di rumah-rumah ibadah, di pusat-pusat keramaian, dan di berbagai wilayah publik lainnya di seluruh Indonesia," kata mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Sementara itu, Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menyebut, instansinya sudah melihat indikasi aksi terorisme di Makassar sejak jauh hari. Tepatnya sejak mereka memonitor ratusan jamaah dibaiat oleh ISIS di Sudiang, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 2015 lalu. Pun demikian saat Polda Sulsel menangkap 20 orang terduga teroris dari jaringan JAD pada Januari tahun ini.