Treatment pada atlet atau mereka yang saat ini positif harus dilakukan sampai tuntas alias negatif. Jangan hanya mengikuti panduan yang menyebut bahwa sekian puluh hari maka bisa bebas isolasi, atau karantina. "Kalau atlet nanti pulang ke daerahnya masing-masing, maka masih perlu dalam pengawasan, akan baik juga kalau keluarganya diawasi karena kemungkinan kontak," jelas Yoga.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Terkait Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan dan Satgas Covid-19 Papua sudah memberikan tindakan untuk mereka yang terpapar. Atlet,official, dan panitia pelaksana yang terbukti positif Covid-19 sudah diisolasi. Tak berhenti disini, pelacakan kasus juga dilakukan.
"Pasca-PON, testing dan tracing secara luas harus dilakukan," ujar Nadia.
Ini untuk menemukan kasus secara dini. Sehingga mereka yang terpapar bias dirawat dan mengurangi risiko penularan. Klaster Covid-19 pada PON ini menurutnya disebabkan banyak hal. Atlet, official maupun panitia sudah dilakukan tes PCR. Namun, dalam mobilitas bisa jadi terpapar. "Periksa PCR kan saat akan berangkat. Dalam perjalanan bisa terpapar," ungkapnya.
Adanya klaster pada perhelatan PON tak lantas membuat pemerintah mengubah aturan penyelenggaraan event besar. Menurut Nadia, kejadian ini justru menjadi pembelajaran bagi pemerintah dalam menyusun mitigasi pelaksanaan kegiatan dalam skala besar.
Dalam kesempatan lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan strategi penanganan Covid-19 di Indonesia di hadapan beberapa menteri kesehatan di acara Special Ministerial Conference for Asean Digital Public Health. Salah satu yang diunggulkannya adalah aplikasi PeduliLindungi. "Aplikasi ini dimiliki Indonesia untuk skrining," katanya.
Selain itu dia juga mengungkapkan keinginan untuk menginisiasi dibentuknya standar kesehatan dan adanya health passport di ASEAN. Alasan dia mengusulkan ini lantaran kebijakan kesehatan di masing-masing negara terkadang berbeda satu sama lain. Inisiasi standar kesehatan ini untuk mempermudah masyarakat global. "Bukan hanya soal traveling tapi juga aktivitas lainnya," ucapnya.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta panitia PON XX bersama aparat keamanan yang bertugas untuk meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19 selama pertandingan berlangsung, khususnya prokes dalam cabang olahraga (cabor) yang mendatangkan banyak penonton.
Untuk atlet, ofisial, dan panitia yang terpapar harus segera dilakukan karantina dan penanganan kesehatan. Menurut dia, hal itu penting guna mencegah kasus baru Covid-19 terjadi kembali. "Sekaligus mencegah meluasnya klaster pada penyelenggaraan PON," ucapnya.
Bamsoet mengatakan, panitia PON XX bersama aparat harus selektif dalam memverifikasi penonton yang masuk ke arena pertandingan secara ketat, mulai dari pengecekan suhu badan hingga membatasi sekaligus mengawasi jarak penonton di tribun. Berdasarkan pengamatan, masih adanya kelalaian dari panitia PON XX dalam melakukan pemeriksaan maupun penjagaan terhadap penonton di arena pertandingan.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu meminta pihak-pihak terkait dalam perhelatan PON XX, seperti rumah sakit rujukan dan dokter yang menyertai setiap kontingen untuk tanggap dalam memberikan pelayanan dan penanganan kesehatan terhadap atlet ataupun panitia yang terpapar Covid-19. "Dalam hal ini melakukan penanganan yang cepat dan perawatan intensif sehingga tidak menjadi klaster baru," tuturnya.
Mantan Ketua DPR RI itu menyatakan, panitia PON XX harus selalu mengingatkan masyarakat yang hendak menyaksikan pertandingan agar disiplin dan patuh pada kebijakan yang berlaku selama pertandingan berlangsung, terutama selalu menggunakan masker dan menjaga jarak tidak berkerumun.(wan/syn/mia/tau/lum/jpg/sol/ted)
Laporan JPG, Jakarta