Kasus Harian Covid-19 Nihil Kematian
Pasien positif Covid-19 di Riau per hari Rabu (6/10) bertambah 50 orang. Penambahan kasus positif Covid-19 harian di Riau ini cenderung terus menurun. Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, dengan penambahan 50 pasien positif Covid-19 tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 127.598 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 83 pasien, sehingga total 123.044 orang yang sudah sembuh," katanya.
Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau masih sebanyak 4.079 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 66 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 409 orang.
"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik dirumah sakit maupun isolasi mandiri sebanyak 475 orang," ujarnya.
Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 3.399 orang dan yang isolasi dirumah sakit 60 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 113.665 meninggal dunia 474 orang. Mimi juga berpesan, dengan masih adanya pasien positif Covid-19 di Riau, pihaknya mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.
"Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.
Jangan Boleh Pulang sebelum Dites
Epidemiolog memberi peringatan keras menyusul ditemukannya 29 orang yang positif terinfeksi Covid-19 dalam pagelaran PON ke XX di Papua. Siapapun yang terlibat dalam event tersebut harus di skrining ketat sebelum kembali ke daerah masing-masing.
Jika hal ini tidak dilakukan, maka akan berpotensi menularkan kasus-kasus baru ke berbagai daerah tujuan kepulangan para atlet, ofisial, manajer, para pejabat, maupun para tenaga pendukung PON XX Papua.
Satgas Covid-19 Papua pada Senin lalu (5/10) mencatat ada 29 atlet, official, dan panitia pelaksana PON XX Papua terpapar Covid-19. Penyelenggaraan PON ini memang masih menjadi kontroversi karena diselenggarakan saat pandemi Covid-19. Menanggapi hal itu, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa pihaknya akan mempelajari lagi mitigasi pelaksanaan event besar.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan semua harus di tes antigen sebelum pulang. Jika hasilnya negatif, maka yang bersangkutan boleh pulang. Meski demikian, saat tiba di Provinsi nya masing-masing, para pelaku PON tersebut harus di karantina.
"Begitu sampai di lokasi (provinsi tujuan,Red) dia harus karantina minimal 7 hari apapun hasilnya. Meskipun saat itu dia di tes lagi atau tidak tetap harus 7 hari karantina," jelas Dicky, kemarin (6/7).
Kemudian jika hasil tes antigen sebelum kepulangan menunjukkan bahwa dia positif, maka yang bersangkutan tidak boleh berangkat. Harus menetap di Papua untuk menjalani isolasi setidaknya selama 14 hari. Dicky menyebut bahwa kemuculan kasus-kasus positif di Papua dalam pagelaran PON ke XX ini memang sulit dihindari. Karena memang ada banyak kelemahan dalam sistem mitigasi. Dalam berbagai kesempatan, Dicky mengaku sudah sering mengusulkan beberapa langkah mitigasi.
Misalnya, sebelum pergi ke Papua, setiap peserta PON XX harus sudah menjalani karantina di daerahnya masing-masing. Paling tidak 3 hari kemudian sampai di lokasi PON Papua, kembali harus karantina.
"Nggak usah lama-lama karena pada akhirnya juga sistem bubble. Tapi entah mungkin sulit atau bagaimana (usulan ini, red) tidak terlaksana," jelas Dicky.
Sistem bubble sendiri kata Dicky adalah praktik yang cukup efektif menekan penularan. Namun pertanyaannya adalah apakah sistem tersebut sudah bisa diterapkan secara disiplin dan konsisten. Jika penerapan sistem bubble efektif, maka sebenarnya tidak semua orang harus dites. Cukup sampling saja.
"Intinya bubble itu yang di luar tidak masuk, yang di dalam tidak keluar. Atau dengan kata lain tidak ada kontak. Ini yang sulit apalagi kalau tinggalnya terpencar," katanya.
Sola kedeisiplinan, kata Dicky, belum lagi ada persoalan para pejabat yang berkunjung ke Papua kemudian kembali ke daerahnya masing-masing. Ini juga dikhawatirkan lolos dari kedisiplinan penerapan prokes. "Seharusnya tanpa kecuali. Tidak boleh di toleransi meskipun pejabat," katanya.
Saat ini yang bisa dilakukan adalah terus menguatkan 3T (testing, tracing/tracking dan treatment) Supaya penyebaran bisa diputus secara tuntas, harus ada pelacakan kontak yang tidak main-main. Dicky menyatakan tidak cukup hanya 15 orang per 1 kontak positif.
Untuk mencegah penyebaran dan ledakan kasus, tracing harus dilakukan pada lapis pertama (kontak erat) hingga lapis kedua dan ketiga. "Minimal 30 orang. Tapi saya rasa itu bisa sampai ratusan. Lapisan pertama semua harus di tes. Lapis kedua dan ketiga misalnya cukup di karantina," katanya.
Untuk kegiatan yang masih berlangsung, mobilitas harus diperketat. Pertemuan antar penonton, atlet dan ofisial harus diminimalisir meskipun Dicky menyebut ini sulit dilakukan. "Selain manajer ada pejabat daerahnya yang ketemu makan di sana sini maka itu jadi sulit. Dalam event sebesar ini tidak boleh ada relaksasi, toleransi karena taruhannya kasus klaster. Tidak bisa mencegah," katanya.
Analisis dari Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Prof. Tjandra Yoga Aditama, mereka yang positif Covid-19 hampir dapat dipastikan tertular di Papua. Karena sebelum berangkat semua atlet sudah di PCR. Dalam kondisi seperti ini, senada dengan Dicku, 3T harus terus diperkuat agar situasi epidemiologi bsia terkendali.
Yoga mengatakan, meskipun para atlet dikatakan memiliki daya tahan tubuh bagus, namun nyatanya tetap tertular dengan nilai CT Value yang rendah. "Maka baik kalau semua yg 29 orang itu, atau nanti nambah lagi semuanya diperiksa whole genome sequencing," kata Yoga.
Telusur harus dilakukan pada semua yang kontak erat dengan 29 orang ini. Kalau selama ini targetnya dari satu konfirmasi positif maka yang diperiksa sedikitnya 15 kontak, maka setidaknya harus diperiksa hingga 450 orang.
"Tentu ini mencakup sesama atlet, official, petugas hotel dan sebagainya. Kalau dulu pernah ditargetkan periksa 30 kontak maka artinya yang harus diperiksa mencapai 900 orang. Termasuk masyarakat setempat yang mungkin kontak juga," katanya.
Dengan adanya kasus positif ini, kedisiplinan protokol kesehatan penonton dan pertandingan olahraga harus jauh lebih ditingkatkan. Surveilans harus lebih digiatkan untuk mendapatkan tren yang baik. "Surveilans tentu perlu dikaitkan dengan 3 hal, lokasi, jenis olahraga yang ada, serta karakteristik penonton di lokasi itu," jelas Yoga.